Mohon tunggu...
Matthew Sitinjak
Matthew Sitinjak Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA

Menulislahhhh

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Anemia dan Stunting : Krisis yang Harus Diatasi

8 November 2024   18:35 Diperbarui: 8 November 2024   20:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sehat bukan hanya tentang berat badan yang ideal, itu juga tentang kekuatan dan vitalitas."

Anemia dan Stunting: Krisis yang Harus Diatasi

Masalah kesehatan anemia dan stunting di Indonesia bukanlah isu baru. Keduanya telah menjadi tantangan besar yang berdampak langsung pada kualitas hidup jutaan anak di seluruh negeri. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi kedua masalah ini, efektivitasnya seringkali terhambat oleh berbagai kendala, baik dari sisi akses, pemahaman, maupun penyebaran informasi. Sebagai dua masalah gizi utama, anemia dan stunting mempengaruhi perkembangan fisik, mental, dan produktivitas anak-anak, yang pada gilirannya berdampak pada masa depan bangsa.

"Makanan adalah bahan bakar tubuh Anda; pilihlah bahan bakar yang berkualitas untuk mesin yang lebih baik."

Anemia - Masalah Gizi yang Mengancam Kesehatan Anak

Anemia, yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi, masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi anemia pada anak-anak usia 6-59 bulan di Indonesia cukup tinggi, bahkan mencapai lebih dari 30%. Di daerah terpencil dan pedesaan, masalah ini semakin parah. Anak-anak yang menderita anemia mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan kognitif. Anemia dapat menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi, mudah lelah, dan sulit berkonsentrasi, yang akan berdampak pada prestasi akademik dan kualitas hidup mereka.

Kekurangan zat besi umumnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang, terutama kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, ikan, dan sayuran hijau. Selain itu, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi yang seimbang juga menjadi faktor utama penyebab anemia. Meskipun pemerintah telah berupaya mengurangi angka anemia melalui distribusi suplemen zat besi dan berbagai program edukasi gizi, keberhasilan upaya ini masih terbatas. Akses ke suplemen gizi yang memadai sering kali terkendala oleh faktor geografis, ekonomi, dan sosial.

"Saat Anda makan secara bergizi, Anda tidak hanya memberi makan tubuh, Anda juga memberi makan jiwa."

Stunting - Akibat Kekurangan Gizi yang Berkepanjangan

Selain anemia, stunting juga merupakan masalah serius yang mengancam generasi masa depan Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak-anak akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dampak stunting tidak hanya terlihat dari rendahnya tinggi badan anak, tetapi juga dari gangguan pada perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan fisik mereka di kemudian hari. Anak-anak yang stunting berisiko tinggi mengalami kesulitan belajar, rendahnya produktivitas saat dewasa, serta memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit kronis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun