Mohon tunggu...
Muhammad Khaerul Annam
Muhammad Khaerul Annam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhadi Setiabudi Brebes

Saya merupakan Mahasiswa yang menyukai topik bernuansa perang, terutama pembahasan mengenai penggunaan alat tempur di medan laga sesungguhnya seperti yang tengah terjadi saat ini di medan laga Russia Ukraina. Dimana penggunaan senjata dan teknologi canggih digunakan secara nyata mulai dari Drone Kamikaze hingga Bom seperti Iskander M dan FAB.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Konflik Korea (Pembagian Wilayah Hingga Ancaman Nuklir)

14 September 2024   13:47 Diperbarui: 22 September 2024   18:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Arch Of Reunification (source: Wikipedia)

Sejarah Pembagian Korea dan Akar Permasalahan Konflik

Sebelum terbagi menjadi dua seperti sekarang (Korea Utara dan Korea Selatan), dahulu Semenanjung Korea adalah satu negara yang sama di bawah jajahan Jepang sejak tahun 1910. Hingga akhirnya pada tahun 1945 setelah dua kota Jepang yaitu Nagasaki dan Hiroshima diserang menggunakan bom atom, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat dan Sekutu.

Mengetahui Jepang telah menyerah, Uni Soviet langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan pertahanan Jepang yang masih ada di Korea. Amerika Serikat yang mendengar kabar kemenangan Uni Soviet di Korea, mengusulkan untuk membagi sementara wilayah kekuasaan di Semenanjung Korea. Hingga akhirnya dibuatlah garis yang membagi Semenanjung Korea menjadi dua, dengan Korea Utara di bawah kendali Uni Soviet dan Korea Selatan di bawah kendali Amerika Serikat. Seiring dengan berjalannya waktu, masing-masing wilayah justru mengembangkan paham ideologinya sendiri dengan Korea Selatan yang mengikuti paham kapitalisme Amerika Serikat sementara Korea Utara mengikuti paham komunisme Uni Soviet.

Hingga pada tahun 1948 Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk menarik seluruh pasukan setelah terpilihnya masing-masing pemimpin di Korea, yaitu Kim Il-Sung di Korea Utara dan Syngman Rhee di Korea Selatan. Akan tetapi setelah kepergian Amerika Serikat dan Uni Soviet, konflik di Korea justru semakin sering terjadi terutama di wilayah perbatasan. Kemudian pada 25 Juni 1950 terjadilah perang besar antara Korea Utara dan Korea Selatan, dalam perang ini pihak Korea Utara menyerang Korea Selatan dengan tujuan untuk menyatukan kembali Semenanjung Korea di bawah paham komunisme.

Mendengar konflik telah pecah di Korea, PBB langsung mengerahkan pasukan untuk membantu pihak Korea Selatan. Tentara Korea Selatan bersama tentara PBB berhasil memukul mundur Korea Utara. Hingga pada tahun 1953, perang mulai mereda dengan adanya gencatan senjata dan dibuatnya zona demiliterisasi di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara, namun dikarenakan tidak ada perjanjian damai yang ditandatangani, maka secara teknis kedua negara ini masih dianggap berperang hingga saat ini. Menurut data dari departemen pertahanan Korea Selatan  (Ministry Of National Defense Republic Of Korea), tercatat korban jiwa perang yang jatuh di pihak mereka sekitar 990.968 orang, sementara untuk Korea Utara diperkirakan sekitar 1.550.000 orang.

Ketegangan Terbaru dan Kekhawatiran Global Saat Ini

Pada tahun 2024, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih terpantau memanas. Salah satu peristiwa terbaru yang menggemparkan dunia adalah hilangnya Monumen Arch of Reunification yang berada di Pyongyang, Korea Utara. Menurut Korean Central News Agency, Monumen ini pertama kali dicetus oleh Kim Il-Sung yang kemudian berhasil dibangun pada tahun 2001 atas perintah Kim Jong-Il (putra Kim Il-Sung) dan pembuatan  Monumen ini tentunya disambut baik oleh pemerintah Korea Selatan saat itu. Monumen Arch of Reunification atau Gapura Penyatuan Kembali, dianggap sebagai simbol yang sangat penting dari hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sebab di dalamnya terdapat tiga piagam yang berbunyi:

1. Persatuan Korea harus dilakukan secara independen tanpa campur tangan asing.

2. Persatuan harus dilakukan dengan cara-cara damai.

3. Berhenti melihat perbedaan dan fokus pada persatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun