Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mubarak : " .....saya Ingin Mati di Mesir "

2 Februari 2011   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutipan kata kata Presiden Husni Mubarak itu berkali kali ditayangkan sebagai running text, oleh Televisi Aljazeera. Saya mencoba memahami ungkapan itu. Pertama retorika itu menunjukkan tekad Mubarak untuk tidak meninggalkan negerinya. Sebelumnya mantan Presiden Tunisia, Ben Ali melarikan diri ke luar negeri setelah digulingkan. Beberapa Presiden Negara Negara di Afrika sebelumnya melakukan hal serupa, termasuk di antaranya Idi Amin. Apakah tekad Husni Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun itu benar-benar keukeuh. Unjuk rasa luar biasa yang mendera kekuasaannya, telah membuat Mubarak goyah. Dalam pidatonya ia nampak mulai melemah. Ia menjamin akan adanya reformasi dan berjanji tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilu mendatang.

Tekanan terhadap dirinya makin dirasakan setelah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam pidatonya Selasa malam mendesak agar reformasi di Mesir dimulai ‘sekarang’. Sebagaimana diketahui Mubarak adalah ‘rekan’ Gedung Putih selama ini.

Hidup di pengasingan, dalam kondisi sangat kecukupan sekalipun, nampaknya sangat tidak mengenakkan. Orang bilang, hujan batu di negeri sendiri, lebih enak ketimbang hujan emas di negeri orang. Begitu juga nampaknya yang dirasakan Husni Mubarak, yang nama lengkapnya adalah Muhammad Hosni Said Mubarak dan tahun ini memasuki usia yang ke 83 tahun. Menjadi Presiden pada tahun 1981 menggantikan Anwar Sadat, Husni Mubarak tentu berkebaratan untuk meninggalkan tanah tumpah darahnya, Mesir.

-------

Presiden Barack Obama, dalam pidatonya Selasa Malam, mengingatkan bahwa negeri para Fir’aun itu sudah terbiasa dengan perubahan sejak 2000 tahun lalu. 2000 tahun ? Boleh jadi demikian, sebab negeri yang oleh peradaban barat disebut dengan Egypt ini memang sudah dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Catatan sejarah menyebut, nama Mesir berasal dari sebutan bangsa Semit yang tinggal disekeliling negeri itu, yaitu Misr yang berarti batas. Selain Misr di jaman purba dulu, negeri ini konon disebut juga dengan istilah Kemy yang berarti tanah yang hitam/ Sebutan Egypt berasal dari orang orang Yunani pada jaman itu yang menyebutnya Egyptus. Nama Egyptus ini disebut berulangkali dalam syair-syair pujangga agung Yunani, Homerus. Kita di Indonesia mengenal Mesir antaralain dari kisah dan riwayat hidup serta perjuangan Nabi Musa AS ketika melawan kediktatoran dan kesombongan Fir’aun. Orang seusia saya masih ingat gambarannya dalam film the Ten Comandement. Anak anak muda sekarang boleh jadi mengenal dan mengingat Mesir dari sequel film action sejarah Mummy. Kalangan wartawan selalu ingat Mesir ketika belajar dan menyusun berita yang selalu berpedoman pada prinsip penulisan Piramida Terbalik ( inverted pyramid )

-----

Pensiunan Letnan Jenderal yang sudah berkuasa 30 tahun itu, kini terancam. Sebagaimana disiarkan televisi Al Jazeera, lebih dari milyar rakyatnya yang berunjuk rasa tidak hanya memintanya turun dari jabatannya, tetapi juga meninggalkan negerinya. Di antara para pengunjuk rasa, nampak para pemuda yang mencopot dan mengangkat sepatunya serta mengacung acungkannya. Untuk sebagian bangsa Arab mencopot sepatu dan melemparkannya kepada seseorang adalah cerminan tiadanya rasa hormat. Itu pula yang pernah dialami mantan Presiden Amerika Serikat, George W Bush.

Apakah akhirnya Husni Mubarak memang akan meninggal di negerinya sebagaimana tekad dan janjinya dalam pidato yang disiarkan langsung televisi pemerintah Selasa malam, waktu yang akan menunjukkan. Mungkin sesuai suratan takdir ia akan meninggal dengan tenang di atas ranjangnya, atau .. ini yang kita tidak tahu, mengalami nasib seperti pendahulunya, Anwar Sadat.

salam

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun