Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apakah Silet, Akan Berhenti Menyilet

8 November 2010   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:46 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1289207467677435539

Saya semula tidak tahu bahwa Silet sudah menyilet perasaan sebagian orang yang sedang menderita akibat musibah Merapi. Mengapa ? Sejak semula saya enggan betul menonton acara gosip seperti silet. Lantas mengapa saya memberi komentar ? Karena kebetulan tadi pagi saya terganggu dengan slide minta maaf yang bertubi tubi di sela sela berita RCTI. Tim Silet minta maaf karena memuat ramalan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.Tersebab antaralain oleh gosip Silet itu, maka Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI ) siang ini mengundang sejumlah pemimpin redaksi televisi. Dalam wawancara dengan Pro3RRI, pagi tadi, KPI mengaku menerima sejumlah pengaduan masyarakat mengenai pemberitaan musibah Merapi yang dinilai berlebihan.

Terlepas dari aspek publisitasnya, permintaan maaf dari Silet secara bertubi tubi melalui RCTI dapat kita hargai. Mengapa ?

Setidaknya Tim Silet berperilaku lebih baik ketimbang seorang pejabat negara yang komentarnya mengenai Mentawai begitu menyakitkan hati, tetapi tidak merasa perlu meminta maaf. Kedua, bagaimanapun pengelola dan presenter acara infortainment itu masih sadar dan tahu diri melakukan koreksi.

Bukan cuma sekali ini acara seperti itu menggulirkan ramalan ramalan. Menjelang pergantian tahun, sejumlah peramal ditampilkan untuk memberikan ramalan. Jadi ya begitulah acara infotainment. Kerjaan non jurnalistik itu didasarkan filosofi sederhana makin diGOSok makin SIP. Karena itu sungguh sangat tidak semestinya pekerja acara silet dan beberapa lainnya dimasukkan dalam jajaran pekerja jurnalistik. Saya menyebut ‘ acara silet dan beberapa lainnya’ untuk menegaskan pemahaman saya bahwa penyebutan infotainment untuk jenis program ini sesungguhnya menyimpang dari pemahaman infotainment yang sesungguhnya.

Infotainment, adalah program berita atau faktual yang dikemas dan disajikan secara menghibur. Infotainment dalam arti yang sesungguhnya bukanlah acara mengenai gosip dan tetek bengek kehidupan para selebritis. Sebagai acara gosip selebritis,isinya juga bisa mengenai kehidupan selebritis.Lantas mengapa tim Silet memasukkan ramalan Gunung Merapi meletus dalam acaranya ? Saya tidak tahu persisnya. Tetapi barangkali mereka memandang Bencana Merapi sedang jadi hot issue sehingga menarik untuk dijadikan materi acara. Celakanya, kali ini Silet salah menyilet. Siletannya melukai sebagian besar perasaan orang Jogja, ketika Fenny Rose dengan gaya khasnya menyebut bahwa “Yogyakarta adalah kota malapetaka dan pada tanggal 8 November 2010 akan terjadi bencana besar”. Tidak hanya menyilet perasaan korban bencana dan wong ngayogyakarta, program ini juga sudah menyilet aturan KPI.

Dalam aturan KPI mengenai Standar Program Siaran, penyiaran mengenai bencana alam wajib mempertimbangkan proses pemulihan korban, keluarga atau masyarakat yang terkena bencana alam.

Lantas apakah dengan demikian pekerja Silet dan acara Infotainment akan lebih berhati hati dan belajar dari kesalahan ini ? Saya tidak tahu. Yang pasti kedepan, kehadiran mereka akan terus menyemarakkan layar televisi swasta. Mengapa ? Sebab pemilik televisi swasta memang memerlukan mereka. Sebab atas dasar survey AC Nielsen, acara infotainment seperti itu ‘ratingnya’ tinggi. Dan karena rating tinggi itulah maka banyak produsen yang mau pasang iklan. Dan dari situlah tv tv swasta mendapatkan uang milyaran.

Jadi, ya harap makum.

Salam

M Kabul Budiono

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun