Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Juara Dunia Sepakbola, National Pride, dan Kita

12 Juli 2010   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“ Duh, bangganya jadi Orang Spanyol “, begitu gumam anak saya ketika menyaksikan akhir dari World Cup di Johanesburg. Bersama saya, bungsu saya itu begadang nonton final dan menjagoi Belanda. Diam diam saya membatin dan berharap, mudah-mudahan anak saya itu tetap dan lebih bangga jadi orang Indonesia.

[caption id="attachment_191653" align="alignleft" width="130" caption=" < antibiasa.wordpress.com >"][/caption] Suatu kali Raina, bungsu saya itu sangat antusias menonton Uber Cup karena sangat menjagoi Indonesia. Tetapi begitu jagoannya – Indonesia- kalah di pertandingan babak pertama, ia kehilangan antusiasmenya.

Kata anak saya bahwa Orang Spanyol sedang bangga menjadi orang spanyol tentu sangat benar ketika tim nasionalnya menjadi juara dunia sepak bola. Sudah berpuluh tahun mereka merindukan reputasi itu. Impian itu akhirnya terwujud hari ini. Kebanggaan mencapai puncaknya. Sebelumnya mereka juga sudah bangga karena punya Rafael Nadal. Juga ada Antonia Banderas. Spaniard, atau Espanoles , sebutan untuk orang Spanyol, sebelumnya sudah punya sejumlah tokoh kelas dunia di berbagai bidang. Ada Pablo Picasso, dan juga Fransico Goya. Keberhasilannya menjadi juara dunia Sepakbola menjadikan kebanggaan itu mencapai puncaknya.

Olahraga memang adalah salah satu hal yang dapat mendongkrak dan membangkitkan kebanggaan nasional suatu bangsa.Lembaga Riset National Opinion Research Center Universitas Chicago ketika melakukan riset mengenai National Pride pada tahun 2006 menjadikan olah raga sebagai salah satu dari 20 indikator. Ke sepuluh indikator itu adalah pengaruh politik, keamaanan, demokratisasi, keberhasilan ekonomis, sains teknologi, olahraga, seni sastra, militer, sejarah dan perlakuan adil terhadap semua kelompok minoritas dalam masyarakat. Dari hasil riset itu Amerika Serikat menduduki peringkat pertama. Artinya orang amerika adalah orang yang paling bangga menjadi orang Amerika. Yang mengejutkan, Venezuela berada pada peringkat kedua, setelah Amerika Serikat. Salah satu penyebab tingginya peringkat kebanggaan nasional itu adalah kepemimpinan Hugo Chavez. Orang Venezuela, menurut survey itu, bangga ketika presidennya berani melawan kebijaksanaan Washington !. Lantas siapa pada peringat ketiga ? Menurut survey Irlandia di urutan ke empat, disusul Afrika Selatan. Saya mencoba mencari cari dimana posisi Indonesia. Namun saya tidak menemukannya dalam berita yang diterbitkan kantor berita Reuters itu.

Mengapa saya mencarinya ? Ya hanya ingin tahu saja. Saya kawatir jangan-jangan Indonesia ada di peringkat yang sangat rendah ? Mengapa saya begitu kawatir ? Karena rasanya kebanggan kita sebagai orang Indonesia ‘jangan-jangan memang rendah’. Indikator untuk mengukurnya bisa kita ambil dari yang digunakan Lembaga Riset National Opinion Research Center Universitas Chicago pengaruh politik internasional, keamaanan, demokratisasi, keberhasilan ekonomis, sains teknologi, olahraga, seni sastra, militer, sejarah dan perlakuan adil terhadap semua kelompok minoritas dalam masyarakat.

Dari bidang olahraga misalnya, prestasi apa yang membanggakan kita ? Kemudian yang lain, sains teknologi, seni sastra, dan pengaruh politik internasional. Pengungkapan ini – perlu dicatat – bukan untuk mematahkan semangat, apalagi merendahkan derajat bangsa sendiri. Saya hanya ingin memotivasi – setidaknya untuk diri saya sendiri – bahwa harus ada usaha untuk membangkitkan kebanggaan nasional. Tentu untuk tujuan yang baik. Kita tentu tidak ingin menjadi seperti bangsa Jerman di masa Hitler dengan Nationalstolz yang menjadikan munculnya kesombongan Deutscherueberalles. Karena itu kita tentu tidak ingin punya pemimpin seperti Hitler. Dan pun tidak ingin ada upaya upaya bangkitnya kebanggaan nasional semu.

Yang pasti, saya ingin, saya, anak saya, anda suatu kali berkata dengan yakin dan tetap rendah hati. Hm.... bangga betul aku jadi orang Indonesia.

Rasanya sudah lama kita merindukannya.

Sudah lama kita merasa menjadi orang-orang yang selalu kalah dan dikalahkan.

Salam Hangat tetap Semangat

M.Kabul Budiono

gambar bendera diambil dari < antibiasa.wordpress.com >

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun