Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta Terancam ? Oleh Siapa ?

16 Oktober 2010   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya jika Jakarta terancam ? Oleh siapa ? Saya tidak membuat pertanyaan 'oleh apa', sebab bagi saya yang membuat Jakarta terancam sejatinya bukan benda tetapi manusia. Lantas pertanyaan berikutnya, siapa yang membuat Jakarta terancam.

Dalam pengamatan saya, sedikitnya ada dua jenis manusia yang dapat menyebabkan Jakarta terancam. Pertama adalah penguasa dan kedua pengusaha. Bagaimana dengan saya, anda atau kita yang masuk dalam kategori 2P itu ? Sebab bukankah kita kita juga yang menyebabkan Jakarta menjadi begitu padat penduduk. Jika anda merasa bersalah membuat Jakarta terancam, maka saya, merasa tidak demikian halnya. Lantas mengapa Penguasa dan Pengusaha berpotensi atau bahkan sudah membuat Jakarta terancam ?

Pertama adalah Penguasa.

Penguasa adalah orang yang berpotensi membuat jakarta terancam karena keputusan yang diambil dan tindakan rindakannya. Satu contoh kecil adalah dalam  hal penataan tata ruang dan peruntukannya. Anda lihat kan Mal Mal raksana di mana mana ? Bandingkanlah dengan kota kota besar atau ibukota negara lainnya. Di Paris, yang namanya carrefure nggak ada yang lokasinya di tengah kota. Selalu di pinggiran. Demikian juga di Washington, mallnya juga di pinggiran. Di areal Rafles City di Singapura setahu saya juga nggak ada mal mal raksasanya. Salah satu pertimbangannya adalah mengurangi kemacetan lalu lintas dan resapan air tanah. Saya ingat jaman Orde Baru dulu, SOGO yang diseputar bundaran HI menjadi kontroversi. Sekarang tak ada seorangpun yang peduli ketika ada bangunan besuaaar sekali di belakang Hotel Indonesia. Itu baru salah satru dari wujud inkonsestensi dalam hal kebijakan dan kebijaksanaan. Lantas bagaimana dengan Pengusaha ?

Pengusaha ? Wooow. Dari kenyataan yang ada ketika kasus kasus korupsi disidang dan vonis dijatuhkan, selalu terungkap bahwa pelanggaran hukum itu terjadi karena persekongkolan antara Penguasa dan Pengusaha. Yang satu pingin cari untung banyak sekali yang satunya ingin kaya sekali.

Namun dalam  banyak hal, sebagaimana kebiasaan kita. Jika terjadi kesalahan maka selalu saja ada upaya cuci tangan atau mengalihkan perhatian. Ketika lalu lintas makin macet, maka yang disalahkan adalah pengguna jalan yang tidak tahu aturan. Ketika airt tanah terus berkurang maka yang salah adalah penduduk yang terlalu banyak tinggal di Jakarta. Dan lain lain..

Jadi bagaimana caranya agar Jakartanya tidak terancam ? Ya mulailah dari para penguasanya. Teguhlah dengan komitmen. Laksanakan aturan dengan konsisten. Penuhilah amanah dengan baik. Ketika kampanye bilang " Serahkan jakarta Pada Ahlinya ", maka buktikan slogan yang memukau itu...

Begitu kali ye.....

Salam

Kabul Budiono

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun