Mohon tunggu...
Melina Kurniawan
Melina Kurniawan Mohon Tunggu... -

Seorang ibu rumah tangga dengan satu anak dan satu suami tentunya :) senang baca beragam jenis bacaan dan berusaha produktif menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Terkubur Hidup-hidup, Ko Bisa?

4 Januari 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:59 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim salju di Iowa City yang dingin membuat saya lebih senang diam di rumah. Suhu yang ekstrim ditambah dengan dinginnya angin yang berhembus kencang bikin saya jadi lebih memilih duduk manis di depan TV sambil menemani si kecil bermain. Sebenarnya saya terbilang jarang menonton TV walaupun channel TV kabel di apartemen puluhan jumlahnya. Karena sudah lama tidak menyetel TV itu lah, saya baru menyadari adanya program-program acara baru di beberapa channel. Yang sangat menarik dan baru-baru ini saya dan suami tonton adalah acara bertajuk My Strange Addiction. Program ini semacam reality show yang menceritakan tentang orang-orang yang nampak normal secara lahiriah, tapi mengidap semacam penyakit kejiwaan yaitu kecanduan. Kalau ceritanya tentang orang kecanduan heroin, itu sih sudah bukan barang baru. Kecanduan yang diceritakan ini lain daripada yang lain. Ada orang yang suka makan deterjen, ada yang suka makan tissue untuk toilet, ada yang suka ngemil kapur, bahkan ada yang suka melahap makanan anjing. Aneh bin ajaib bukan?? Hmm bisa jadi tidak ya, bukan kah di Indonesia ada yang suka makan bedak dan ngemil beling? Tapi tetap saja buat saya cerita-cerita dalam program tersebut aneh. Kenapa? karena hal ini terjadi dalam masyarakat di negara super power yang dianggap paling modern, paling maju peradaban teknologi dan kesejahteraannya. Judul program lain dari channel TV yang sama dan hampir serupa temanya sebenarnya sudah pernah muncul pada musim panas lalu. Nama program yang diusung adalah Hoarding: Buried Alive. Kata hoarding baru pertama kali saya dengar saat menonton acara ini. Setelah browsing di internet, dari beberapa definisi yang ditemui bisa disimpulkan bahwa hoarding adalah perilaku yang mendorong pengidapnya senang dan terobsesi untuk menimbun barang-barang baik itu berharga atau pun tidak, hingga membuat tempat tinggalnya tidak lagi layak huni karena dipenuhi oleh barang-barang tadi. Para pengidap penyakit ini disebut hoarder. Nah perilaku aneh macam ini yang tidak pernah saya lihat di TV pada saat saya masih tinggal di Indonesia. Kecanduan yang bisa membuat pengidapnya terkubur hidup-hidup di rumahnya sendiri. Terkubur oleh barang-barang yang dia kumpulkan. Aneh tapi nyata!! Coba kompasianer bayangkan, sebuah rumah dipenuhi oleh barang-barang hingga penghuninya sulit untuk berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain. Rumah yang tadinya begitu asri, berubah bentuk menjadi seperti labirin oleh gunungan barang yang dikumpulkan oleh pemiliknya selama bertahun-tahun. Melihat kondisi rumah seperti itu walaupun hanya melalui layar kaca membuat saya rasanya sulit untuk bernafas. Rumah yang harusnya menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, beralih fungsi tak beda jauh seperti gudang. Perilaku aneh yang membuat pengidapnya kecanduan menimbun barang di rumahnya ini sangat mempengaruhi relasi sosial. Dalam episode-episode yang saya tonton, salah seorang hoarder adalah seorang bujangan. Wajahnya yang tampan dan kehidupan yang mapan tentunya membuat orang tak akan menyangka dia ternyata seorang hoarder. Rumahnya yang tiga tingkat dipenuhi oleh timbunan barang. Hubungan cintanya terancam bubar karena perilaku anehnya ini. Di episode lain, hoardernya adalah seorang ibu rumah tangga. Dia mulai memenuhi rumahnya dengan barang-barang saat dua anaknya beranjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk karir dan hidup mandiri. Akibat dari perilakunya ini, dua anaknya tersebut sudah bertahun-tahun tidak datang berkunjung. Bahkan suaminya sendiri sudah berpikir untuk bercerai karena sudah tidak tahan oleh kelakuan istrinya itu. Para hoarder initernyata ingin sembuh. Mereka ingin bisa normal lagi menjalin relasi dengan orang lain. Dengan alasan itulah mengapa mereka mau diliput kehidupannya dan mau dibimbing oleh seorang psychotherapist. Ternyata sulit bagi mereka untuk mengakui dengan lapang dada bahwa mereka sedang mengidap penyakit kejiwaan. Padahal, mengakui bahwa mereka sakit adalah langkah awal dari proses penyembuhan. Singkat cerita, si ibu rumah tangga yang sudah hampir bercerai dan sudah bertahun-tahun tak bertemu dua anaknya tadi akhirnya bisa sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan anehnya mengumpulkan barang. Dengan didampingi sang psychotherapist dia menyortir barang mana saja yang mau dia keluarkan dari rumah dan disumbangkan ke lembaga amal. Prosesnya berlangsung perlahan, hingga akhirnya rumahnya bisa lebih layak huni. Nah, untuk kasus si bujangan yang tampan tadi, proses penyembuhan dari kecanduan mengumpulkan barang tidak berhasil dilakukan. Rasa kepemilikan pada barang-barangnya yang begitu tinggi membuat dia gagal terapi dan sang kekasih pun meninggalkannya. Miris rasanya melihat ada juga yang ternyata gagal dalam proses terapi. Tapi mungkin begitu lah kenyataan hidup. Tidak semuanya berakhir dengan bahagia. Mudah-mudahan si bujangan ini hidupnya tidak berakhir dengan terkubur hidup-hidup di rumahnya. Saat Seikat Kangkung Menjadi Barang Ilegal Hamil Ga Yaa??

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun