Mohon tunggu...
Muhammad Jundi
Muhammad Jundi Mohon Tunggu... Penulis - Soiciialpreneur

Social Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengidap Kanker Mata, Susanti Ingin Menjadi Guru Sekolah

7 Oktober 2014   22:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412671329626015479

Susanti (17) nampak hanya bisa pasrah dan tabah menerima keadaan.  Gadis belia yang memiliki cita-cita menjadi guru ini hanya bisa terkulai lemas ditempat tidur. Ia terpaksa putus sekolah. Pasalnya penyakit kanker yang menyerang bagian matanya sudah semakin ganas dan meluas.

Anak ke tiga dari Sembilan bersaudara pasangan Sumanta dan Kocih itu terus mengeluh terhadap penyakit yang dideritanya. Sesekali ia mengusap air mata yang menetes dipipinya. Ia sangat berharap penyakitnya segera mendapatkan pengobatan untuk disembuhkan.

Saya pengen dibawa kerumah sakit besar, supaya bisa diobatin penyakit saya,” tutur Susanti saat ditemui di rumahnya oleh Tim Respon Darurat Kesehatan LKC Dompet Dhuafa pada Jum’at (19/9) lalu.

Warga Kp. Dungus Biuk, RT 01 RW 06, Kel. Babakan, Kec. Tenjo, Kab. Bogor-Jawa Barat itu divonis dokter mengidap penyakit kanker Retinoblastoma, kanker  yang menyerang pada bagian mata, tepatnya di daerah belakang mata yang peka terhadap cahaya pada retina.

Susanti menyadari kalau penyakitnya harus mendapatkan penanganan medis yang lebih lengkap.  Namun karena terbentur masalah biaya ia  hanya beberapa kali saja dibawa ke RSUD Rangkasbitung, Banten. Itupun karena inisiatif dari gurunya sewaktu di SLTP dulu.

Menurut Ibunda Susanti, Kocih, anaknya itu termasuk yang paling rajin sekolah. Banyak guru-guru Susanti yang mengetahui kondisinya merasa prihatin terhadapnya. ”Guru-guru sama temen-temennya banyak yang jengukin dia, pada kangen katanya sama Santi, mereka berharap Santi cepat sembuh,” kata Kocih.

Karena melihat kondisinya semakin parah dan belum mendapatkan pengobatan maksimal, Muhtadin salah seorang guru Susanti saat sekolah di SLTP menghantarnnya  untuk berobat di Gerai LKC Dompet Dhuafa. Susanti beberapa kali diantar dengan mengunakan mobil yang disewa oleh gurunya itu.

“Kadang Pak Muhtadin juga yang beliin Obatnya. Waktu ke LKC aja dia yang nyarter mobilnya,” ungkap Kocih terharu dengan mata yang berkaca – kaca.

Sumanta dan Kocih cuma bisa  pasrah melihat kondisi penyakit yang diderita anaknya itu. Meskipun mereka sudah memiliki kartu Jamkesmas, namun lokasi rumah yang sangat jauh terhadap akses pelayanan kesehatan, serta jarangnya kendaraan angkutan umum, menjadi kendala tersendiri untuk mengobati Susanti ke rumah sakit.

Mereka sangat berharap terhadap kesembuhan anaknya, Susanti. Mengingat usianya yang masih sangat muda terlebih ingin mewujudkan cita – cita mulianya untuk menjadi guru sekolah. (gm/mj)

Sumber : www.lkc.or.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun