Mohon tunggu...
Muhammad Jundi
Muhammad Jundi Mohon Tunggu... Penulis - Soiciialpreneur

Social Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jumadi Si Manusia Akar Butuh Bantuan Dermawan

28 Agustus 2015   14:13 Diperbarui: 28 Agustus 2015   14:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jumadi Si Manusia Akar (foto : www.lkc.or.id)"][/caption]LKC.OR.ID (JAKARTA) - Awalnya siapapun mungkin akan merasa jijik melihat pria yang satu ini. Namun jika ditelusuri lebih jauh mesti timbul rasa iba dan prihatin. Pasalnya, warga yang tinggal di Kp Pamong Udik RT 09 RW 03 Kel. Kubang Puji, Kec. Pontang Kabupaten Serang itu tengah menderita penyakit kulit atau yang dikenal dengan istilah medis Veruca vulgaris sejak 10 tahun silam.

Adalah Jumadi (39),  pria yang menderita penyakit kulit sejak menikah dan dikaruniai anak pertama di sekujur tubuhnya. Nampak tumbuh berupa tonjolan kecil di permukaan kulit daging yang nyaris menutupi tangan dan kakinya. Kondisinya mirip batang pohon yang ditumbuhi akar.  

Saat ditemui oleh Tim LKC Dompet Dhuafa usia kontrol di RSCM pada Rabu (26/8), Pria yang dijuluki manusia akar itu mengaku awalnya tumbuh bintik dan bentol - bentol kecil ditangan dan kakinya. Bahkan ia merasakan nyeri hingga keluar darah dibagian tangannya saat digunakan untuk bekerja. Sampai akhirnya menyebar dan ia sudah tidak lagi bisa bekerja memenuhi kebutuhan keluarga.

Jumadi yang pernah bekerja di gudang padi ini menyebutkan kalau penyakit yang dideritanya pernah dioperasi di RSCM Jakarta tahun 2012, namun sejak itu ia mengaku bentol dan bintik di kulitnya malah semakin menebal dan bertambah banyak.

Pernah ia berobat ke terapi alternatif, namun hasilnya tidak banyak mengalami perubahan dan hanya menguras biaya karena terlalu mahal. Kini ia mejalani terapi usai menjalani operasi di RSCM dengan minum obat Neotigason secara rutin. Meski sudah menggunakan BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI)  namun ia mesti menebus obat tersebut sebesar Rp 750 ribu per 10 kapsul karena obat yang diminumnya tidak termasuk tanggungan BPJS.

Jumadi mengaku merasa sangat berat setiap kali mesti mengeluarkan uang saat menebus obat tersebut. Pasalnya selain biaya transportasi yang besar, bolak balik Serang ke Jakarta, kini ia sudah tidak lagi memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya sehari – hari untuk dirinya dan keluarga.

Jumadi yang sejak menikah dan dikarunai 2 orang anak, Julaiha (16) dan Uswahtun (7) ini mengaku, selama ini ia dibantu dari belas kasih orang lain dan kedua orang tuanya. Baik untuk keperluan berobat dan nafkah istri dan ke dua anaknya. Sedikitnya ia membutuhkan biaya sebesar Rp 1 juta manakala kontrol setiap 1 minggu sekali di RSCM untuk membeli obat, biaya transportasi dan makan.

Kini Jumadi hanya bisa bersabar menghadapi kondisi penyakitnya. Rencananya Jumadi akan didampingi oleh LKC Dompet Dhuafa saat kontrol berobat ke RSCM Jakarta. Paling tidak biaya transportasi dan membeli obat yang mesti diminumnya setiap hari dapat teratasi. Tinggal ia berharap masih ada para dermawan yang mau membantu untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak – anaknya sehari - hari. (mj)     

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun