[caption id="attachment_202186" align="aligncenter" width="300" caption="Dasman saat menerima bantuan dari Dompet Dhuafa Singgalang Padang"][/caption] PADANG - Namanya Dasman (34), dia tak kuasa menahan air mata ketika kemudian pembicaraan dengan tim survei Dompet Dhuafa Singgalang sampai pada titik adiknya, Rapit, korban kebakaran pertamini Batusangkar yang menewaskan 11 orang beberapa waktu lalu. "Belum ada saya melihatnya," katanya di ruang RRI Mata RSUP M.Djamil, Senin (1/10). Sudah sejak tahun 2003, Dasman menderita kebutaan pada mata kirinya. Menurut Dokter, sakitnya adalah penyakit keturunan. Awalnya cuma sakit mata biasa, merah, dan kemudian dibawa ke dokter. Dia diberi obat. Namun bukannya sembuh, sakitnya menjadi. Bola matanya terasa mau keluar, kepala terasa ingin pecah. "Waktu itu masih tahun 2000-an, saya masih kerja di fotokopi. Karena sering sakit, saya pun berhenti bekerja sampai tahun 2003 sakit pada mata kiri saya itu berujung pada kebutaan," ceritanya. Merasa sangat beruntung, karena masih ada mata kanan yang tersisa. Walau tak lagi bisa melihat bebas, nikmat memiliki mata meski sebelah sungguh luar biasa baginya. Sayang, lama-kelamaan sakitnya menjalar. Mata kanan kembali mengabur. Warga Ludai Pagaruyuang Batusangkar itu harus menjalani kontrol rutin di RSUP M. Djamil sejak tahun 2007. Berkali-kali mata kirinya dioperasi karena penyebab kekaburan pada mata kanannya berkaitan dengan saraf mata kiri. Kabur pun berangsur menjadi kebutaan total. Maklum, untuk berobat rutin dia tak punya biaya. Di rumah, dia hanya mengurus ternak 20-an ayam. Sementara ayahnya Martinus (68), dan ibunya Zuraini (54) hanya buruh tani. Bahkan, kini Martinus tak bisa banyak bekerja lagi karena sakit asam urat yang sering kambuh. Sementara sang ibu yang juga sudah tua tak bisa berbuat banyak. Ditambah lagi derita Rapit yang harus dirawat berbulan-bulan di rumah sakit karena mengalami luka bakar hingga 70 % tubuhnya. Karena ingin sekali melihat, Dasman pun nekat berobat lagi ke M. Djamil. Dengan uang seadanya. Sisa-sisa dari biaya hidup keluarga yang didapatkan dari pemberian orang dan hasil ternaknya yang bisa sesekali dijual. "Biar saya bisa bekerja lagi, melihat lagi," katanya. Operasi ke-6 mata kiri dan operasi kedua bagi mata kanannya telah usai. Alhamdulillah mata sebelah kanan sudah bisa melihat kembali, sedang mata kiri masih buta, cuma diganti bola mata palsu. Hanya saja, dia harus membayar biaya operasi yang mencapai angka Rp.15 juta. Angka itu masih terhutang dan belum dapat dilunasinya. "Kalau ada yang mau membantu saya, saya sangat bersyukur," lirihnya penuh harap. Keharuan kembali membuncah saat Dompet Dhuafa Singgalang menyalurkan Rp.500 ribu untuk pembayaran hutang biaya operasi Dasman. Angka yang masih sangat jauh dari yang dibutuhkan tapi dia begitu bersyukur, berterimakasih. Sedikit dari kita, harapan besar baginya. Bagi pembaca yang ingin membantu Dasman dapat dapat menyalurkan donasinya melalui Dompet Dhuafa Singgalang di Jalan Juanda No 31 C Pasar pagi, Padang atau telp. 0751 40098 atau 085374252777 (Winda). Sumber berita : www.lkc.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H