Tidak asing lagi di telinga kita bahwa setiap hari berhektar-hektar hutan di Republik tercinta ini musnah. Namun pernahkah terbayangkan didalam benak kita akan kengerian kata "musnah" nya hutan?. Belakangan mungkin karena efek keseringan mendengar dan membaca wacana mengenai lenyapnya hutan seakan menjadi familiar, bahkan ketika mendengarnya seakan sudah menjadi hal yang lumrah. Padahal kalau kita coba berfikir sedikit lebih peka, tentu miris hati mendengarnya. Bayangkan apa jadinya jika hutan yang menjadi rumah ratusan bahkan ribuan spesies flora dan fauna ini lenyap? tentu penghuninya pun akan mengalami nasib tragis, sebagian mungkin akan mencoba bertahan, sebagian lagi bakal turut menyusul nasib "rumah"nya, lenyap dari muka bumi.
Salah satu yang mengalami nasib demikian adalah anggrek spesies. Terus berkurangnya luas hutan yang menjadi "rumah" kelompok orchidaceae ini membuat beberapa spesies dari kalangannya menghilang. Paling tidak Phalaenopsis amabilis var pelaihari dan Spathoglottis aurea serta Dendrobium lowii adalah 3 contoh jenis anggrek dari Kalsel yang kini sudah tidak pernah ditemukan lagi di habitatnya.
Masih ada beberapa jenis anggrek lain yang kini oleh pemerintah dikatagorikan langka dan dilindungi Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Ascocentrum miniatum (Anggrek kebutan), Coelogyne pandurata (Anggrek hitam), Corybas fornicatus (Anggrek koribas), Cymbidium hartinahianum (Anggrek hartinah), Dendrobium catinecloesum (Anggrek karawai), Dendrobium d’albertisii (Anggrek albert), Dendrobium lasianthera (Anggrek stuberi), Dendrobium macrophyllum (Anggrek jamrud), Dendrobium ostrinoglossum (Anggrek karawai), Dendrobium phalaenopsis (Anggrek larat). Grammatophyllum papuanum (Anggrek raksasa Irian), Grammatophyllum speciosum (Anggrek tebu), Macodes petola (Anggrek ki aksara), Paphiopedilum chamberlainianum (Anggrek kasut kumis), Paphiopedilum glaucophyllum (Anggrek kasut berbulu), Paphiopedilum praestans (Anggrek kasut pita), Paraphalaenopsis denevei (Anggrek bulan bintang), Paraphalaenopsis laycockii (Anggrek bulan Kaliman Tengah), Paraphalaenopsis serpentilingua (Anggrek bulan Kaliman Barat), Phalaenopsis amboinensis (Anggrek bulan Ambon).
Phalaenopsis gigantea (Anggrek bulan raksasa), Phalaenopsis sumatrana (Anggrek bulan Sumatera), Phalaenopsis violacea(Anggrek kelip), Renanthera matutina (Anggrek jingga), Spathoglottis zurea (Anggrek sendok), Vanda celebica (Vanda mungil Minahasa), Vanda hookeriana (Vanda pensil), Vanda pumila (Vanda mini), Vanda sumatrana (Vanda Sumatera).
Keprihatianan akan hal diatas mendorong pecinta anggrek dan mereka yang peduli untuk berbuat sesuatu untuk mencegah kepunahan anggrek spesies ini salah satunya adalah seperti yang di lakukan komunitas pecinta anggrek INOS (Indonesian Native Orchids Society) Kalsel. Keseriusan INOS Kalsel (Indonesian Native Orchids Society) terhadap anggrek spesies Kalsel khususnya anggrek meratus ditunjukannya lewat kegiatan penanaman kembalianggrek di kawasan Pusat Perlindungan Anggrek Meratus Tahura Sultan Adam-Mandiangin Kalsel (Sabtu/5/11). Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mendukung kelestarian anggrek spesies yang merupakan salah satu misi organisasi tersebut. Kegiatan penanaman kembali anggrek spesies ini merupakan yang ketiga kalinya setelah beberapa waktu sebelumnya yaitu pada tanggal 12 Maret 2010 penanaman juga dilakukan di Tahura yang dihadirioleh Bp. Ir. Darori, MM Direktur Jendral Pelestarian Hutan & Konservasi Alam Kementrian Kehutanan RI serta Penanaman Di Lokasi Taman Percontohan Anggrek Alam Unlam pada Tanggal 24 Maret 2010 bersama-sama PAI dan Mahasiswa FKIP Biologi Unlam.
Menggalang dana untuk Pelestarian Anggrek Spesies
Kegiatan ini sangat mengasikan selain bisa menikmati suasana hutan yang sejuk kita juga bisa turut menjadi agen pelestari anggrek meratus menurut Octa Belawati mahasiswa Biologi Unlam yang turut ikut dalam kegiatan penanaman. Meskianggrek yang ditanam hanya ada sekitar 100 yang meliputi anggrek merpati, Aerides sp, Dendrobium anosmum, Cymbidium sp, beberapa Paku Platycerium dan Asplenium namun diharapkan kegiatan ini dapat menjadi salah satu ajang sosialisasi dan mampu memacu semangat dan kecintaan untuk lebih peduli terhadap kelestarian anggrek meratus.
Baru-baru ini mereka juga menggelar kegiatan serupa yaitupenanaman anggrek sekaligus kegiatan sosialisasi di Taman kota Banjarmasin, plus penggalangandana KOIN “PAS” (Peduli Anggrek Spesies). Acara ini sekaligus untuk menyambutHUT INOS (Indonesian Native Orchids Society) Kalsel yang tepat berumur 1 tahun pada tanggal 12 April 2011 nanti.
Indonesian Native Orchids Society (INOS) Kalsel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H