Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anjuran Berinfak dan Tidak Takut Miskin

18 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   00:05 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umplung Sodaqoh Ramadhan Untuk Penghafal Qur'an PPBQ. Dokpri.

Anjuran Berinfak dan Tidak Takut Miskin 

Oleh Muhammad Julijanto

Kesholehan adalah buah penghayatan keimanan dan pengamalan ajaran agama secara sempurna. Ketika seorang muslim mengamalkan ajaran Islam berarti ia berada dalam pencapaian kesholehan. Pengamalan yang secara terus menerus dilakukan terhadap ajaran Islam menjadi modal dasar kesholehan setiap muslim.

Iman menjadi karakter dasar amal. Karakter orang yang beriman dan bertakwa dalam surat Al Baqarah [2] ayat 177 antara lain; beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Ditandaskan pula, “Kalian tidak akan mencapai kebaktian yang sempurna, kecuali kalau kalian menafkahkan sebagaian harta yang kalian cintai” (Ali Imran [3] ayat 92). Sofyan Ats Tsauri seorang ulama salaf dalam karyanya (Shafwatu Masa’il Fittauhid wal Fiqh Wal Fada’il: 2/410) pernah mengatakan: “Harta di zaman kita sekarang ini adalah senjata seorang mukmin”. Harta menjadi sarana efektif meraih surga. Para hartawan memungkinkan baginya meraih surga dengan harta yang ditasyarufkan, meskipun amalan-amalan lain juga dijadikan jalan masuk surga.

Harta sangat efektif untuk menyukseskan semua program tanpa kecuali, termasuk program meraih gelar ashabul jannah-penghuni surga (Ihsan SF dan Abdullah Rabbani, 2017: 3).  Sehingga Rasulullah Saw bersabda: “Demi Allah, tidaklah beriman, tidaklah beriman, tidaklah beriman orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-kejahatannya” (HR Muslim). Pantang bagi pribadi muslim untuk melakukan kejahatan, sebaliknya dia akan selalu melakukan amal yang terbaik dengan program-program yang kreative untuk mendulang keberkahan hidupnya.

Bentuk bentuk program tersebut antara lain Program-program kedermawanan mulai menjamur di berbagai daerah menjadi solusi mengurai masalah sosial, seperti warteg gratis, gratis makan di warung hik, jumat berkah dimana setiap hari jumat ada sedekah dari jamaah untuk jamaah masjid, gerakan subuh berjamaah dilanjutkan sarapan bersama jamaah yang merupakan donasi jamaah, pengajian ahad pagi, SPBU gratis BBM untuk jamaah yang membaca Alquran berapa juz. Bedah rumah gratis, pembagian sembako rutin kepada jamaah. Beasiswa pendidikan untuk dhu’afa.

Gerakan kedermawanan dimotori berbagai lembaga amil zakat infaq shadaqah dan masjid-masjid visioner seperti Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang menginspirasi bagaimana masjid dikembangkan sebagai pusat peradaban dan pusat ekonomi jamaah. Masjid menjadi embrio untuk pemberdayaan umat yang lebih masif lagi, sehingga etos kedermawanan menjadi modal sosial yang sangat bagus.

Gerakan sosial interprenuership terus bergerak menjadi etos kerelawanan, kepedulian, filantropi Islam. Orang yang terjun ke dunia kerelawanan merasakan hati dan pikirannya menjadi tenang, dampak sosial yang dirasakan menjadi etos sosial yang tinggi. Merasakan hati dan pikiran tenang, penuh kebermaknaan hidup karena membantu mereka yang membutuhkan. Orang merasa bahagia dapat berbagi, orang lain terbantu, sekalipun bantuan tersebut sepele, sederhana, mudah dilakukan banyak orang. Merasakan power of giving merasuk dalam sanubari dan jiwa raganya, menjadi bermaknaan hidupnya.

 Kesholehan sosial

Kesholehan spiritual dan kesholehan sosial perlu dibentuk sejak dini mungkin melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah dasar dan menengah. Etos kedermawanan ditanamkan kepada generasi muda, menjadi gaya hidup sosial interpreneurship. Kedua bentuk kesholehan tersebut seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sehingga orang yang shaleh secara spiritual menjadi lebih membumi dan berpengaruh nyata terhadap lingkungan sekitarnya. Bukti keberadaannya terasa kehadirannya. Hartanya menjadi berkah dan terus berkembang dari yang masih ada.

Sistem nilai yang ditawarkan Islam dapat menjadi satu pijakan untuk menentukan arah kemana horizon harus melangkah, sekalipun masih banyak yang tidak bisa “tertangkap” secara jelas semua pesan-pesan tersebut. Sebagai keseluruhan pesan, Islam sangat memperhatikan kesungguhan, kontinuitas dalam beramal sholih. Dari sini dapat pula dipahami bahwa komitmen sosial, solidaritas sosial dalam bahasa populernya menjadi perhatian pokok utama (Zuly Qodir, 2002: 131).

Solusi masalah masyarakat dan bangsa, masyarakat dibekali dengan keimanan secara benar, bertaubat dari segala bentuk kemaksiatan yang telah dilakukan, bersyukur atas segala anugerah dengan senantiasa berakhlakul karimah, meningkatkan kepedulian, solidaritas sosial, etos kedermawanan, etos filantropi, sehingga masyarakat akan damai, sejahtera dan selalu dalam lindungan Allah Swt dalam keberkahan harta.

Sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw bersabda. Dari Ibnu Mas’ud Ra. Dia berkata: Rasulullah Saw bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih menyukai harta yang akan dia wariskan daripada hartanya sendiri?” para Sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun dari kami melainkan dia telah mencintai hartanya sendiri”. Beliau kemudian bersabda, “Hartanya yang sebenarnya adalah apa yang dia infakkan, sedangkan apa yang dia tinggalkan sebenarnya adalah harta milik ahli warisnya”. (HR. Bukhari 6442).

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “”Allah Ta’ala berfirman, “Berinfaqlah waha anak Adam, maka engkau akan diberi gantinya”. (HR. Bukhari 4684). Inti hadis tersebut menjelaskan; anjuran berinfak dan tidak takut miskin, Allah Swt menjanjikan pengganti atas setiap harta yang diinfakkan. Di antara teori keimanan adalah bahwa seseorang tidak kurang karena sedekah. Karena itu sedekah merupakan salah satu bukti keimanan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang sukses mencapai kesholehan spiritual dan sosial. Apalagi dalam bulan suci Ramadhan bersedekah makin berkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun