Oleh Muhammad Julijanto
Puasa ibadah istimewa memadukan antara jasmani dan rohani dalam satu rangkaian ritualnya. Jasmani karena urusan perut makan minum dan syahwat menjadi andalan manusia berjuang dalam kehidupan. Siang malam manusia jungkir balik mengejar urusan dunia. Kepala dan kaki dipertukarkan perannya hanya untuk meraihnya, hingga mereka rela mengorbankan jiwa raga hanya berburu hajatnya. Mereka kerahkan segala daya potensi  untuk memperoleh derajat tercukupinya sandang pangan dan papan.
Urusan makan menjadi wasilah manusia rela memakan harta orang lain dengan caranya yang batil. Sebagaimana Allah Swt berfirman....
"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 188)
Sementara dimensi rohani menjadi model pembentukan karakter pembelajar sejati, mental rohani ibadah yang secara fisik bisa terlihat tetapi dalam pelaksanaan nya tergantung komitmen pribadi yang melaksanakan, ibadah rahasia, hanya Allah Swt yang mengetahui substansi implementasinya, tidak ada orang yang tahu apa yang dilakukan dalam puasanya.
Inilah dimensi rohani yang sangat dalam tercermin dalam aksi sosial.
Makna filosofis ibadah puasa Allah Swt befirman ana ajzi bihi...hanya aku yang akan membalas langsung. Maka spesial orang-orang yang berpuasa memperoleh kemenangan pintu surga Ar Rayyan sebagai kenikmatan yang kelak dijanjikan.
Bagaimana puasa dapat membentuk mental dan jiwa sosial masyarakat?
Pengertian puasa adalah menahan dari makan, minum, syahwat seksual, yang dilakukan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang diniatkan semata-mata mengharap ridho Allah Swt.
Secara bahasa menahan rasa lapar dan dahaga bersifat jasmani. Karena manusia adalah makhluk jasmani. Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan utama manusia dalam kehidupan. Apa yang diusahakan manusia adalah kebahagiaan jasmani.