Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konflik di Masa Kritis

17 Desember 2022   07:20 Diperbarui: 17 Desember 2022   07:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Sunan Ampel Surabaya. Dokumen Pribadi.

Th 2015 alhamdulillah aku bisa wisuda s1 keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan  dengan perjuangan dan proses yang panjang.

Di tahun itu pula ummiku kembali jatuh sakit karena kanker payudaranya tumbuh dan pecah hingga stadium lanjut walau tahun 2012 ummiku dinyatakan sembuh  dari kankernya tanpa kemoterapi tapi kami bawa ke Tangerang dengan melakukan terapi dari Prof Warsito kala itu.

Selama berbulan bulan saya pindah bersama suami dan anak untuk total merawat ummiku yang memang sudah tidak bisa apa ditanya makan, mandi, bak, bab, semua dilakukan di tempat tidur, setiap hari bisa memandikan ummi tiga sampai lima kali karena ummi sering merasa panas badannya. Kadang jam 01.00, 02.00, 04.00, 05.00 WIB sering minta mandi....sibin di atas tempat tidur. Pada saat itu yang terpikir hanya ingin selalu bisa mendampingi ummiku. Jadi walau lelah kerja, kuliah dan merawat ummi terus aku lakukan, hingga wisuda hanya didampingi suami dan bapak.

Saya sangat bersyukur mempunyai suami yang sangat peduli dan mengerti situasi dan kondisiku saat itu yang memang harus bisa merawat ummiku.

Setiap hari merawat lukanya  karena sudah pecah lukanya. rela berjaga malam, tidur di bawah dekat tempat tidurnya.
Di saat sakitnya ummi selalu menginginkan makan yang segar, seperti Es Dawet dan tiap pulang kerja. 

Aku sering membelikannya, karena aku berpikir mungkin ini permintaan terakhirnya ummiku. Dan beberapa kali  ummi meminta dipertemukan dengan  beberapa saudaranya dan alhamdulillah aku sudah penuhi. Dan suatu hari ummi ingin memakan jambu Dersono dan akhirnya aku dan suamiku pun mencarikannya setelah dapat aku berikan pada ummiku, namun apa kata beliau lagi menanyakan mana orangnya? maksudnya mantan menantunya yang bernama Sudarsono.

Ya Allah ummi ternyata ingin bertemu dengan mantan menantunya ahkirnya pun kami pertemukan walau sebenarnya saat itu takut dengan bapakku karena takut ada masalah lagi. Ummi menangis sejadi jadinya memohon maaf atas semua sikapnya selama ini dan minta disampaikan maaf pada keluarga Bulu akan  masalah yang kemarin perceraian itu. Dengan  sabar mantan adikku pun menjawab injjih mi semua sudah terjadi mari kita saling memaafkan. Lega rasanya...mendengar semua ini, Akhirnya Oktober 2015 kami memutuskan membawa ummi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).  Kata dokter karena sudah metastasi ibu bisa meninggal sewaktu waktu.

Saya rasanya runtuh bumi ini....namun kami mesti siap dengan segala resikonya. akhirnya dua malam di RSUD Rujukan Nasional ummiku meninggal didampingi semua anak dan menantu. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Semuanya akan kembali kepada Allah Swt semoga husnul khotimah ummi, kita bertemu di Jannatun 'Adn di mana semua keluarga sholeh-sholehah akan berkumpul di sana bersama sanak saudaranya.

Termasuk mantan menantunya yang mendampingi hingga ummi menutup matanya...tidak sampai di situ....mantan adikku itu meminta untuk diijinkan membayar pembiayaan ummi selama di rumah sakit. Saat itu karena alhamdulillah dengan berjalannya waktu mantan adikmu berhasil dengan bisnis propertnya. Allah tidak pernah salah dan selalu adil pada hambanya yang terus berikhtiar untuk mencari rezeki halalnya.....begitu tipisnya antara benci dan cinta...betapa tipisnya hidup dan kematian....dengan legowonya mantan adikku mau mengantarkan ummi kami hingga ke dalam liang lahatnya

Tanpa dendam dan amarah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun