Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Nasib LGBTQ+ dan Imigran di Amerika di Era Trump?

24 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 24 Januari 2025   14:55 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegemparan (kontroversi) seputar terpilihnya kembali Presiden Donald terus bergaung. Uskup Mariann Edgar Budde, the Episcopal Bishop of Washington (bagian dari The Anglican Church) baru-baru ini saat Layanan Doa Nasional yang diadakan di Katedral Nasional Washington, Uskup Budde menghimbau Presiden Trump untuk menunjukkan empthy-nya terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan, khususnya imigran dan komunitas LGBTQ+. Ia mengkuatirkan berkembangnya ketakutan dan tantangan yang dihadapi oleh komunitas-komunitas ini, sehingga ia menyerukan persatuan dan inklusivitas.

Trump yang disebut oleh beberapa ahli personality disorder menyandang dark triad personality menanggapi khotbah Uskup Budde: "Pembenci Trump garis keras dari golongan Kiri Radikal" dan menggambarkan khotbahnya sebagai "keji," "sangat membosankan," dan "tidak menginspirasi." Trump juga menuduhnya membawa politik ke dalam gereja dan menuntutnya untuk maaf kepada publik.

Padahal Trump di tahun 2020 pernah "menunggangi" Gereja St. John untuk kegiatan politik praktis, yaitu sesi foto saat sedang ramai soal Black Lives Matter.

Kegemparan ini memicu reaksi yang bermacam-macam. Individu dan kelompok progresif memuji keberanian Uskup Budde dalam merespon isu-isu keadilan sosial, sementara kelompok konservatif mengecam ceramahnya sebagai meresahkan.

Uskup Budde merespon kritik pada dirinya itu dengan mengingatkan, bahwa perbedaan pendapat itu penting dan menghimbau untuk terus saling menghormati dan tetap berkomitmen dalam membangun persaudaraan atau perdamaian.

Ini kutipan dari IndiaToday tentang respon dari Trump yang murka:

After he returned to the White House, Trump said, "I didn't think it was a good service" and "they could do much better." But later, in an overnight post on his social media site, he sharply criticized the "so-called Bishop" as a "Radical Left hard line Trump hater."

"She brought her church into the World of politics in a very ungracious way. She was nasty in tone, and not compelling or smart," said Trump, a Republican, adding that Budde didn't mention that some migrants have come to the United States and killed people.

"Apart from her inappropriate statements, the service was a very boring and uninspiring one. She is not very good at her job!" Trump said. "She and her church owe the public an apology!"

M. Jojo Rahardjo.
Satu-satunya penulis yang sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience, dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun