Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

OCCRP, MBG, Fake News, Disinformation, Hoax di Medsos

10 Januari 2025   08:03 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:18 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini bos Facebook, Mark Zuckerberg berencana akan membanjiri Facebook dengan AI-Powered Users. Jadi nanti Anda akan berteman dengan akun-akun AI yang bisa berdebat, membuat postingan, melempar fake news, disinformation, hoax, dan yang sejenisnya, termasuk juga postingan yang positif.

Seperti yang saya sudah pernah tulis di artikel sebelumnya (klik di sini), rencana itu berkaitan dengan cara utama dari semua social media platform (medsos) dalam mendatangkan uang, yaitu memikat pemasang iklan. Untuk itu, para users harus dibuat sangat aktif berinteraksi di medsos. Sialnya, menurut Francis Haugen, mantan product manager dari Facebook yang telah bersaksi di hadapan anggota kongres Amerika: users menjadi sangat aktif saat ada fake news, disinformation, hoax, dan yang sejenisnya. Padahal itu akan berdampak buruk bagi users (kesehatan mental) dan berdampak buruk secara nasional atau bahkan membahayakan kemanusiaan secara global. Dalam artikel ini (klik di sini) saya membahas apa yang disebut para ahli tentang medsos yang menjadi global issues (ancaman global) di dekade terakhir ini.

Meski demikian, medsos harus tetap untung, atau bahkan mengeruk pendapatan yang sebesar-besarnya, sehingga medsos berpura-pura mencegah disinformation atau fake news itu, padahal tidak. Mereka sebenarnya membiarkan, bahkan menghidupkannya.

Nah, sila Anda merenung saat ada topik yang ramai di medsos, misalnya topik berikut ini yang masih segar: OCCRP menyebut Jokowi masuk dalam daftar tokoh terkorup di dunia. Coba Anda amati berapa banyak postingan, commment, video, content atau apapun namanya yang masuk dalam kategori disinformation atau fake news. Begitu juga yang terjadi dengan topik ini: MBG (Makan Bergizi Gratis).

Jangan pernah lupa temuan beberapa riset yang menemukan ini: Fake news atau disinformation menyebar 6 kali lebih cepat daripada informasi yang bisa dikonfirmasi. Atau sekitar 70% isi medsos adalah fake news atau disinformation.

Seperti sudah disebut di atas, berbagai medsos memiliki peran besar dalam mengeskalasi penyebaran fake news, disinformation, hoax, conspiracy theory, dan lain-lain. Sehingga harus ada edukasi yang tepat tentang dampak buruk medsos ini kepada masyarakat atau pengguna medsos yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dari yang tidak terdidik hingga yang bergelar PhD, atau dari yang berpenghasilan rendah hingga pengusaha kelas kakap.

Indonesia hanya berada di urutan 80an dari 150an negeri di dunia dalam daftar "World Happiness Report" yang diterbitkan PBB tiap tahun. Itu berarti kesehatan  mental rata-rata warga Indonesia tidak baik. Mungkin bisa disebut "setengah gila". Oleh karena itu medsos harus dicegah untuk memburuk kesehatan mental warga Indonesia. Peran pemerintah atau Kementerian Komdigi untuk menyelenggarakan edukasi seputar itu sangat dituntut, karena pemerintah memiliki berbagai sumber daya.

M. Jojo Rahardjo

Satu-satunya penulis sejak 2015 yang telah menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun