Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Medsos yang Dilengkapi AI atau AI yang Menyusup di Medsos?

17 Mei 2024   15:09 Diperbarui: 17 Mei 2024   15:33 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Gambar: Analytics India Magazine

AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sejak November 2022, yaitu saat pertama kali ChatGPT diluncurkan oleh OpenAI. Saat itu ChatGPT hanya berupa chatbot atau conversational AI model yang mampu melakukan chat seperti manusia.

Segera setelah itu, perusahaan selain OpenAI berlomba meluncurkan chatbot yang serupa atau juga meluncurkan multi modal AI lainnya.

Namun tidak banyak yang menyadari, bahwa sebelum periode 2022, AI sudah dikembangkan sejak medsos pertama kali dikembangkan, misalnya di YouTube, Facebook, dan lain-lain. Saat itu, AI di medsos yang sering disebut algorithm dikembangkan untuk membuat pengguna keranjingan bermedsos. Artinya pengguna semakin aktif berinteraksi di medsos. Semakin banyak pengguna dan semakin aktif pengguna, maka semakin banyak pemasukan dari iklan yang terpasang di medsos.

AI yang dikembangkan dalam beberapa dekade terakhir menghasilkan positive dan negative output. Ada potensi baik dan ada potensi buruk. Pemasukan yang besar dari pemasang iklan di medsos adalah salah satu benefit (bagi pengelola medsos) dari berkembangnya AI. Namun apa benefit bagi masyarakat? Bahkan apa potensi kerugian yang harus dibuat mitigasinya?

Topik seperti ini masih kurang digaungkan untuk diskusikan di Indonesia. Mungkin Indonesia masih kekurangan orang yang terlibat dalam perkembangan AI yang marak di dunia tapi tidak di Indonesia.

Ada yang Berubah tanpa Disadari Banyak Orang

Platform media sosial (medsos) telah mempengaruhi cara kita menjalani hidup sehari-hari atau mempengaruhi peradaban. Lebih dari 2,5 miliar pengguna medsos saling berinteraksi dan mengubah cara kita mencari pasangan, mengakses berita, mencari uang, mengorganisir gerakan politik, dan lain-lain.

Medsos juga memberikan tantangan baru, seperti penyebaran misinformation dan disinformation, yang dapat memicu konflik, mengancam demokrasi, hak asasi manusia, atau memecah-belah masyarakat. Salah satu yang dibahas di World Economic Forum 2024 lalu adalah bagaimana medsos mengubah dunia dan perlunya era baru medsos yang berintegritas.

Sedangkan AI adalah sebuah teknologi yang sama sekali baru, tidak seperti teknologi yang pernah dibuat sebelumnya. AI adalah sebuah transformative technology yang membuat teknologi atau sains lainnya ikut berkembang pesat.

AI dapat digunakan untuk kebaikan tetapi juga ada risiko jika disalahgunakan. Misinformation dan disinformation terbukti menyebar melalui medsos yang ber-AI di sepanjang 1 dekade terakhir.

Global Economic Forum 2024 menempatkan misinformation dan disinformation yang diamplikasi oleh AI (melalui medsos) sebagai risiko jangka pendek paling parah yang dihadapi dunia.

"Penyalahgunaan" AI ini dapat mengganggu stabilitas masyarakat, mempengaruhi proses pemilihan umum, dan melebarkan polarisasi dengan sangat ekstrim di masyarakat.

AI juga memberikan tantangan baru tentang bagaimana cara mengedukasi masyarakat dan bagaimana meregulasi pengembangan serta penggunaan AI.

AI dan medsos adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan, karena telah menjadi sebuah entitas baru. Tanpa banyak disadari orang, menurut Center for Humane Technology, Tristan Harris, kontak pertama manusia dengan AI berlangsung melalui medsos (AI Dilemma, a documentary, March 2023).

Algorithm yang disematkan pada medsos adalah AI yang berinteraksi langsung dengan neurons manusia. Besar kemungkinannya, model interaksi itu akan terus berlangsung bertahun-tahun ke depan. Padahal beberapa riset menunjukkan medsos ber-AI itu telah menurunkan kesehatan mental penggunanya, karena kecanduan medsos.

AI berpotensi memberikan kontribusi positif terhadap global issues, tetapi AI sekaligus juga membutuhkan keterlibatan lebih banyak ahli dan masyarakat untuk memitigasi risiko dari pengembangan AI. Itu dikatakan sendiri oleh para AI developers, misalnya Sam Altman, OpenAI, CEO.

Penting bagi para pemimpin dan apalagi bagi mereka yang mewakili masyarakat juga para legislator untuk mendalami perkembangan AI. Semua harus bekerja sama guna menentukan berbagai peluang positif dan sekaligus membuat mitigasinya.

Saya siap menginisiasi sebuah seri diskusi seputar topik ini, jika didukung oleh mereka yang juga memiliki kepedulian dalam soal ini.

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun