Beberapa riset menyebut jumlah sociopath 3% dari populasi. Ada juga yang menyebut 5%. Itu artinya 3 dari 100 orang di sekitar kita adalah sociopath. Beberapa di antara mereka juga bisa disebut psychopath atau  memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan yang mengerikan, hingga membunuh. Sociopath atau psychopath bukan diagnosa resmi, sedangkan resminya disebut ASPD (AntiSocial Personality Disorder).
Klik di sini untuk baca lebih jauh mengenai sociopath atau ASPD.
Di Amerika warga sipil bebas memiliki senjata api (senpi). Mauricio Garcia (33 tahun) baru-baru ini membantai pengunjung mall dengan menggunakan 3 senpi untuk "mengamuk" di Allen Mall, Texas hari Sabtu lalu, 6 Mei 2023. Lima senpi lainnya yang belum sempat digunakannya ditemukan di mobilnya. Rupanya ia berencana membunuh lebih banyak orang. Semua senpi itu dibeli secara legal. Delapan orang tewas, termasuk anak-anak. Tujuh orang luka-luka.
Serangan Mauricio Garcia akhirnya bisa dihentikan, karena seorang polisi yang sedang cuti kebetulan berada di Allen Mall menembak mati Garcia. Laporan lengkapnya bisa dibaca di sini (klik di sini).
Semua negeri punya potensi untuk mengalami pembunuhan massal yang dilakukan sociopath (saya menggunakan istilah yang populer di media, bukan menggunakan istilah ASPD). Namun besarnya potensi itu bergantung pada adanya pemicu seperti: stres berat, kepemilikan senjata berbahaya, ajaran kebencian, beredarnya conspiracy theory, peristiwa kekerasan sebelumnya yang bisa menginspirasi kekerasan berikutnya, dll. Apakah pemicu itu ada di masyarakat?
Nampaknya Amerika menduduki urutan pertama dalam kasus penembakan massal. Beberapa ahli menyebut kasus penembakan massal sebelumnya sering menginspirasi penembakan massal berikutnya.
Sedangkan hukum Indonesia tidak membolehkan warga sipil memiliki senpi, sehingga tidak pernah terjadi penembakan massal. Namun  ternyata pembunuhan sadis secara "acak" terjadi juga di jalanan umum dengan menggunakan senjata tajam (celurit) di beberapa kota di Indonesia.
Garcia diceritakan oleh mereka yang mengenalnya sebagai orang aneh, terutama karena Garcia menyukai ideologi kebencian neo-Nazi atau White Supremacy, padahal jelas banget Garcia itu bukan White, malah Hispanic. Tubuhnya dihiasi tattoo logo Nazi, SS, dll. Beberapa yang mengenalnya menyebut Garcia "membenci" perempuan. Itu terlihat juga di medsosnya. Garcia sempat dipecat dari ketentaraan Amerika, karena kesehatan mental, namun Garcia tidak memiliki catatan kriminal, sehingga ia dianggap tidak memiliki potensi menjadi penembak massal oleh orang yang mengenalnya.
Pengetahuan tentang personality disorder cukup penting, namun hanya sedikit orang yang pernah "membaca" sains ini, sehingga orang seperti Garcia sering terabaikan oleh orang-orang sekelilingnya atau tidak terdeteksi berpotensi mengancam masyarakat. Apalagi Garcia bertahun-tahun bekerja di beberapa perusahaan sekuriti (keamanan) dan dinilai baik-baik saja.
Seperti yang sudah disebut di atas, orang seperti Garcia hanya tinggal menunggu pemicunya untuk beraksi, yaitu stress berat, hasutan dari ajaran kebencian yang menyasarnya, begitu juga conspiracy theory, atau juga peristiwa kekerasan sebelumnya (penembakan massal). Semua pemicu itu tersedia di medsos.
Penembakan massal secara acak dan kepada orang-orang di tempat umum, bukan baru terjadi belakangan ini, dan bukan hanya di Amerika saja. Sejak tahun 1600an orang-orang Eropa yang "menduduki" wilayah Asia Tenggara, terutama tanah Melayu mengenal orang-orang (Asia) yang seperti Garcia, yaitu mengamuk membunuhi (dengan senjata tajam) orang-orang yang dilihatnya di tempat umum, hingga ia akhirnya bunuh diri atau diringkus atau dibunuh oleh aparat keamanan.