medsos diramaikan dengan kutukan netizen kepada Dalai Lama, pemimpin spiritual dan sekaligus pemimpin negeri Tibet sejak 1940.
Sudah beberapa hari ini media, apalagiSuck my tongue, kata Dalai Lama sambil menjulurkan lidahnya pada seorang anak lelaki berumur 7 tahun di hadapan banyak kamera yang menyala dan juga di depan banyak orang, termasuk kedua orangtuanya. Lalu dunia pun gonjang-ganjing.
Dalai Lama nampak dalam video yang beredar, mempersilakan seorang anak untuk memeluknya, setelah anak itu meminta izin pada Dalai Lama. Lalu mereka berpelukan, lalu Dalai Lama menunjuk ke pipinya dengan maksud minta dicium pipinya oleh anak itu. Setelah itu Dalai Lama menunjuk bibirnya, yaitu minta dicium bibirnya. Lalu bibir anak itu menyentuh bibir Dalai Lama sekejab saja. Kemudian Dalai Lama menjulurkan lidahnya dan berkata suck my tongue!
Ini beberapa reaksi netizen di medsos yang dengan enteng dan gencar mengutuk Dalai Lama selama berhari-hari terakhir ini:
1. Ternyata pemimpin spiritual ini punya minat seksual pada anak kecil?
2. Pedofilia.
3. Itu sexual harassment, lebih gila lagi itu kepada anak kecil.
4. Sangat tidak pantas jika itu hanya bercanda.
5. Meditasi rutinnya ternyata kebohongan, karena otaknya ternyata rusak.
6. Ia ternyata tak ada bedanya dengan para spiritual leader lainnya, yaitu memiliki kontroversi atau memiliki sisi kelam.
==0==
Dalai Lama beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu dari berbagai obyek riset saya di seputar neuroscience. Beberapa documentary dan buku tentang Dalai Lama telah saya pelajari.
Setidaknya ada 2 hal yang mengingatkan saya jika nama Dalai Lama disebut:
1. Do not believe in anything simply because you have heard it. Do not believe in anything simply because it is spoken and rumored by many. Do not believe in anything simply because it is found written in your religious books. Do not believe in anything merely on the authority of your teachers and elders. Do not believe in traditions because they have been handed down for many generations. But after observation and analysis, when you find that anything agrees with reason and is conducive to the good and benefit of one and all, then accept it and live up to it (Dalai Lama).
2. Richard Davidson, seorang neuroscientist dari University of Wisconsin-Madison mendapat support yang besar dari Dalai Lama untuk risetnya selama bertahun-tahun seputar pengaruh meditasi pada otak. Davidson salah satu neuroscientist yang pertama menemukan dampak positif meditasi pada otak dan fungsinya.
Salah satu hasil riset pada meditasi, menunjukkan otak mereka yang rutin bermeditasi, apalagi sejak kecil, akan terjaga dari proses kerusakan. Otak mereka tidak mengalami penyusutan fisik maupun penurunan fungsinya, padahal otak orang normal akan mengalami penurunan sejak berusia 25 tahun dan penurunan itu semakin cepat di usia di atas 50 tahun. Dimentia dan Alzheimer adalah gejala yang menonjol dari penurunan fungsi otak itu.
Apakah otak Dalai Lama mengalami penurunan fungsinya di usianya yang 87 tahun? Padahal Dalai Lama rutin melakukan meditasi, bahkan sejak kecil.