Setidaknya sudah 3 artikel yang saya tulis seputar ChatGPT, yaitu sejak Februari 2022. Tulisan pertama mengenai AI secara umum dan perubahan apa yang bakal terjadi pada peradaban manusia.Â
Tulisan kedua mengenai kehebohan ChatGPT di seluruh dunia dan sejarah singkatnya yang dikaitkan dengan GPT (Generative Pre-Trained Transformer). Lalu tulisan ketiga mengenai apakah kekuatiran pada ChatGPT memiliki alasan yang bagus?
(Baca di sini untuk membaca ketiga artikel itu: artikel pertama, artikel kedua, artikel ketiga)
Artikel ini saya mulai dengan melampirkan screenshot di bawah ini yang hanya menampilkan bagian akhir dari interaksi saya dengan ChatGPT beberapa waktu lalu.
Gambar di atas menampilkan bagian akhir dari interaksi saya dengan ChatGPT. Di interaksi itu saya menegaskan kepada ChatGPT, bahwa ChatGPT telah salah menyebut bahwa gempa bumi Aceh di tahun 2004 disebabkan oleh Sunda Megathrust. ChatGPT lalu mengakui, bahwa ia telah salah dalam hal itu.
Itu adalah salah satu contoh kesalahan yang bisa dibuat oleh ChatGPT. Ada banyak kesalahan lain dari ChatGPT yang screenshot-nya wara-wiri di Internet atau medsos.
Meski demikian ChatGPT disebut mampu menjawab pertanyaan di ujian kedokteran dengan nilai memuaskan. Begitu juga di ujian lain, seperti ujian pengacara, analis keuangan, dan lain-lain. Daftarnya bisa dilihat di sini: (klik di sini).
Mengapa ChatGPT bisa salah menjawab pertanyaan tentang Gempa Aceh tahun 2004? Padahal seharusnya ChatGPT memiliki cukup banyak data mengenai itu, karena Gempa Aceh cukup ramai menjadi berita dunia. Dampak gempa itu cukup jauh mencapai negara-negara lain dan di benua lain. Angka korbannya pun fantastis.
Jawabannya akan muncul jika Anda mengenal apa itu ChatGPT menurut pembuatnya sendiri, yaitu OpenAI, sebuah organisasi yang awalnya nirlaba yang fokus mengembangkan Artificial Intelligence (AI) sejak lama (baca artikel mengenai itu di sini).