Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Potensi Positif dari ChatGPT dan AI yang Masih Embrio

27 Februari 2023   16:28 Diperbarui: 28 Agustus 2023   10:45 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Komunitas Membangun Positivity

Silakan mencari apakah ada orang lain yang menulis ratusan artikel tentang neuroscience di Indonesia? Itu semua berkat Google, dan sekarang sudah ada ChatGPT yang pasti melengkapi cara saya dalam mendalami topik tertentu.

Penutup

Perkembangan AI sekarang ini sebenarnya masih embrio banget, karena pengembangan computing power masih "megap-megap", meski dilakukan oleh beberapa perusahaan raksasa. AI tentu saja butuh computing power yang "maha dahsyat".

Ada 1 lagi yang menarik dari ChatGPT ini, yaitu AI disebut telah menjadi salah satu global issues di urutan atas. Topik AI dan humanity adalah topik yang seru di kalangan pemikir dunia. Ada yang bilang AI mengancam humanity, ada yang bilang tidak.

Apakah ChatGPT bisa bikin orang menjadi lebih pintar? Jawabannya: Ya, karena apa yang sudah saya jelaskan di atas. Dan sudah pasti saya tidak sendiri sebagai orang yang bisa memanfaatkan ChatGPT secara maksimal.

Jadi Anda yang bergerak di bidang pendidikan atau SDM tak perlu khawatir dicurangi oleh anak didik atau calon karyawan, karena mudah sekali untuk membandingkan tulisan (yang dibuat dengan AI) dengan isi kepalanya saat interview langsung. Dan tentu saja AI memiliki dampak atau potensi merugikan. 

Namun sebagaimana semua teknologi yang muncul, selalu seperti pisau bermata dua. Pilihlah mata pisau yang memberi nilai positif bagi peradaban manusia. Lihat artikel seputar ancaman ChatGPT atau AI (klik di sini).

Teknologi juga tak bisa membuat pintar semua orang. Contohnya media sosial, hanya sedikit yang mampu memanfaatkannya dengan baik. Sebagian besar pengguna medsos adalah pecandu medsos yang dikendalikan oleh algoritma yang dipasang seperti jerat oleh pengelola medsos. Begitu juga dengan Google. Berapa banyak orang yang menjadi pintar karena munculnya mesin pencari Google? Tentu sedikit saja.

Jadi demam ChatGPT & AI akan seperti demam medsos saja. Tentu akan ada segelintir orang tertentu yang mendapat benefit yang besar dari pengembangannya. Selebihnya hanya terkena demamnya saja, atau terkena FOMO (Fear of Missing Out).

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun