Skandal apapun yang terjadi di Duren Tiga telah menghasilkan kehebohan yang luar biasa dan dampak yang tidak kecil, karena adanya faktor mental health yang terganggu, personality disorder, atau yang semacam itu.
Banyak orang berbusa-busa membahas skandalnya di berbagai media. Ada yang mengarang gosip atau hoax soal skandal sex, perselingkuhan, cinta sejenis, bisnis gelap polisi, narkoba, perjudian, prostitusi dan lain-lain.
Ada yang menyebut ini gara-gara 3 TA, yaitu Tahta, Harta, & Wanita. Padahal hanya orang yang kurang normal yang lebih mungkin untuk terjerat dalam skandal mengerikan itu. Dan jika terjerat dalam skandal apapun, maka mereka akan menghasilkan dampak yang besar atau kehebohan yang luar biasa.
Orang yang tidak normal itu adalah orang yang memiliki mental health yang terganggu atau memiliki personality disorder, meski ia nampak seperti orang terhormat, berpangkat tinggi, dikenal suci, tanpa salah, memiliki prestasi setumpuk, dll.Â
Namun masih sedikit yang membahas Skandal Duren Tiga dengan mengkaitkannya dengan soal mental health atau personality disorder itu. Padahal bayangkan jika jumlah mereka dengan gangguan mental health atau personality disorder itu terlalu banyak dan berada di semua lembaga negara yang strategis. Jadi apa negara ini dibuatnya?
Bahasan personality disorder nampaknya memang belum populer di Indonesia. Padahal coba amati di berbagai media di dunia setiap ada kasus besar yang menyangkut nyawa orang lain atau mengancam kemanusiaan.
Pasti ada bahasan yang mendalam soal personality disorder dari berbagai pihak yang terlibat. Coba cari bahasan mendalam soal Donald Trump atau Vladimir Putin. Ada banyak bahasan mengenai itu. Ini salah satunya (klik di sini).
Bahkan kasus Jessica Wongso yang divonis meracuni temannya, Mirna, di sebuah warung kopi ada bahasan personality disorder-nya (klik di sini).
Apa sih personality disorder itu?
Sebagaimana sudah saya tulis dalam artikel sebelumnya (baca di sini), mereka dengan personality disorder ini memiliki kecenderungan tertentu yang tidak sama dengan orang normal, yaitu salah satunya adalah cenderung melanggar norma atau aturan yang berlaku.Â