Indonesia gempar sejak kemarin, 3 Juli 2022 karena laporan utama majalah Tempo. Berawal dari viralnya tulisan Meilanie Buitenzorgy dari akun medsosnya soal pengumpulan sedekah untuk Surau di Sydney oleh ACT dan KitaBisa. Menurut Meilanie ada beberapa kejanggalan dari pengumpulan sedekah itu. Majalah Tempo lalu mengungkap adanya "permainan uang" yang besar-besaran di ACT dalam laporan utamanya.
Salah satu soal yang mengemuka yang berkaitan dengan ACT adalah besarnya biaya yang dipungut ACT dari donasi yang berhasil dikumpulkannya, yaitu sebesar lebih dari 12,5% menurut perdebatan yang muncul di berbagai media. Tentu saja masih ada soal lain yang penting untuk dipersoalkan, namun tulisan ini ingin membahas satu soal itu saja.
==o==
Misalnya ACT (Aksi Cepat Tajir) berhasil mengumpulkan sedekah masyarakat sebesar 100 juta dalam 1 bulan, maka 12,5% itu berarti 12,5 juta. Tentu itu "wajar" menjadi ongkos bagi para pengurus ACT yang telah bersusah payah mengorganisir aktivitas pengumpulan sedekahnya.
Namun bagaimana jika dalam 1 bulan ACT berhasil mengumpulkan 100 M? Berarti pengurus ACT boleh "memakan" 12.5 M?
ACT harus menjelaskan apa yang dikerjakannya sehingga bisa mendapat 100 juta atau 100 M dalam sebulan itu. Apakah biaya iklan yang dipasangnya berbeda? Apakah proses kreatif dalam pembuatan iklannya membutuhkan biaya tertentu? Apakah jumlah orang yang terlibat di dalamnya berbeda? Apakah tingkat kerumitannya berbeda?
Kewajaran berapa jumlah yang boleh diambil oleh pengurus ACT, seharusnya bisa diukur dari biaya yang timbul dari proses pengumpulan sedekah itu. Jumlah orang yang terlibat tentu juga mempengaruhi besar biayanya. Itu semua bisa disajikan di atas kertas alias bisa dibikin laporannya. Jadi gak bisa ditentukan dengan sekedar angka 12,5% misalnya. Jika ditentukan oleh angka 12,5%, maka pengurus ACT bisa amat fokus pada pengumpulan sedekah yang sebesar-besarnya, supaya ia bisa kecipratan 12,5% itu. Padahal mungkin saja sedekah yang dibutuhkan hanya 75 juta, bukan 100 M.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H