Buku digital memang sudah tersedia dengan konten mengenai soal-soal seperti yang tertulis di atas. Namun dari mana kita memulai untuk menguasai berbagai konten itu? Apakah dari ilmu fisika kuantum? Tentu itu menjadi pertanyaan: apakah otak manusia bisa lebih baik dalam soal fisika kuatum, daripada kemampuan AI yang bakal memiliki kekuatan jauh lebih tinggi?
Apakah kita akan memulainya dari mendesain ulang teknologi, misalnya alat atau sistem transportasi? Padahal AI sudah bisa mendisain berbagai kendaraan yang kita butuhkan, hingga mendisain cara kita hidup di angkasa luar. Bahkan AI pula yang sedang mendisain ulang komputer dengan kekuatan maha besar yang sangat mungkin sekali peruntukannya untuk kepentingan pengembangan AI.
Hari Buku Sedunia kemarin 23 April sudah seharusnya menggaungkan tanda tanya besar: bagaimana merancang sebuah Dewan Buku Nasional di Indonesia untuk memberi solusi pada kebutuhan buku digital yang bisa dikonsumsi oleh semua orang tanpa terkecuali, agar bisa menjawab tantangan masa sekarang dan masa depan yang nyaris tak bisa ditebak karena hadirnya industrial revolution 4.0 sekarang ini.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H