Namun kemampuan yang membuat kita tidak lagi bisa menebak bagaimana bentuk masa depan manusia adalah kemampuan GPT-3 dalam menulis coding untuk memperbaiki dirinya sendiri. Hasilnya adalah GPT-4 akan segera dirilis di tahun 2022 ini, padahal GPT-3 baru saja diluncurkan tahun 2020 lalu. Itu juga berarti apa gunanya belajar coding sekarang ini, jika coding yang dibuat oleh AI jauh lebih baik?
Sebagaimana kita tahu, AI sudah digunakan secara luas di berbagai sektor, seperti keuangan global, apalagi di berbagai industri besar di dunia. Kita sudah melihat bagaimana beberapa pekerjaan tertentu sudah mulai digantikan oleh berbagai aplikasi dari AI ini.
Bahkan media sosial yang kita gunakan tiap hari itu sudah disebut berhasil memanipulasi penggunanya. Pengguna medsos mengira ia memiliki pilihan bebas dalam mengkonsumsi konten di medsos, padahal medsos sudah dilengkapi dengan AI (algorithm) untuk memahami kecenderungan Anda, sehingga medsos itu akan menyajikan konten yang hanya sesuai dengan kecenderungan Anda.
Bahkan medsos akan menyajikan konten yang akan membuat Anda untuk lebih aktif di medsos (kecanduan). Ternyata konten yang membuat Anda kecanduan itu adalah konten kekerasan, teori konspirasi, misinformation, hoax, dan lain-lain. Medsos menurut riset mengakselerasi hoax 6 kali lebih cepat daripada informasi yang terkonfirmasi.
Penggunaan AI di medsos ini menimbulkan perdebatan luas di dunia, karena terbukti malah mengeskalasi berbagai persoalan dunia (global issues). Kekerasan, terorism, disinformation atau misinformation, hingga melebarnya polarisasi politik di masyarakat di berbagai negeri di dunia menjadi menggila.
Soal ini sampai menciptakan satu gerakan dunia untuk tidak menggunakan medsos. Gerakan ini bahkan diinisiasi oleh beberapa orang yang dulunya bekerja mengembangkan berbagai platform medsos, namun karena nuraninya, mereka berhenti dari berbagai perusahaan besar kelas dunia itu untuk mulai berkampanye berhenti menggunakan medsos.
Satu documentary yang dirilis oleh Netflix tahun 2020 lalu berjudul: "The Social Dilemma" memberi peringatan keras kepada dunia tentang bahaya medsos ini, yaitu: medsos bisa mengakibatkan punahnya manusia atau rusaknya planet Bumi karena perang yang dipicu oleh medsos. Kita bisa melihat contoah mengenai itu melalui perang narasi di medsos seputar agresi Putin di Ukraina. Para ahli dengan gelar akademis yang tinggi sekalipun ikut menghasut berbagai pihak agar perang itu terus bergelora, tanpa takut terjadi perang nuklir.
Pertanyaan besar yang sekarang menggaung di seluruh dunia adalah: apakah kecenderungan medsos (algorithm/AI) yang membahayakan kemanusiaan ini bisa "diperbaiki"? Apakah para pengendali berbagai platform medsos bersedia mengurangi keuntungan finansialnya saat mengupayakan medsosnya agar tidak mengeskalasi berbagai negativity  (berbagai global issues) yang selama ini sudah mengemuka?
Bahkan pertanyaan ini juga harus diajukan: apakah algorithm/AI yang digunakan di berbagai platform medsos itu masih bisa dikendalikan?
PENUTUP
Melihat semua itu, apakah buku cetak yang ada sekarang bisa mengantarkan kita kepada pengetahuan yang bisa berguna di jaman baru di masa depan yang dekat dan belum bisa ditebak? Bahkan gerakan menterjemahkan banyak buku dari bahasa asing ke bahasa Indonesia adalah gerakan yang amat terlambat sekarang ini alias basi, karena sekarang semua harus menguasai bahasa asing, karena pengembangan teknologi dan sains untuk waktu yang lama selama ini telah menggunakan bahasa asing, bukan bahasa Indonesia. Mengupayakan masyarakat untuk bisa menguasai bahasa asing jauh lebih murah dibanding melakukan penterjemahan besar-besaran.