Kemampuannya ini muncul dari karakternya yang hampir tidak memiliki empathy (kemampuan untuk bisa merasakan penderitaan orang lain). Bagaimana mungkin ia memiliki empathy, jika ia sangat self-centered? Semua harus menggunakan ukuran dia sendiri.
Bagaimanapun, mungkin sekali narcissist ini terlihat seperti atau seolah memiliki empathy. Namun coba selidiki, apakah itu sesuatu yang dipalsukan atau bukan, karena ia amat tahu, bahwa ia perlu membangun citra sebagai orang yang populist (misalnya baik hati, dermawan, penuh perhatian, dll).
Ekses dari ketenangannya dalam mengambil keputusan besar itu (tanpa empathy), adalah ia akan semakin terbiasa mengorbankan orang lain untuk tercapainya fantasi yang dibangun oleh dirinya sendiri dan untuk kebesaran dirinya sendiri, namun ia sendiri tak bersedia untuk berkorban. Steve Jobs (narcissist juga), pernah disingkirkan oleh dewan direksi Apple (perusahaan yang dibangun oleh Steve Jobs), karena menurut dewan direksi, langkah Steve membahayakan Apple (dan seluruh stakeholder tentunya).
Narcissist yang berada di puncak kekuasaan semakin hari semakin kehilangan kepekaan pada kebutuhan/kepentingan orang lain atau hak-hak orang lain, bahkan menolak untuk memberi benefit pada masyarakat, kecuali memberi benefit yang besar bagi dirinya. Ia hanya akan memberi benefit pada masyarakat, jika itu membuatnya mendapat puja-puji atau yang semacam itu.
Para Presiden Mungkin Sekali Memiliki Ciri Narcissist
Ciri narcisssist yang telah disebutkan di atas yang melekat pada kebanyakan CEO atau pemimpin itu sangat mungkin dimiliki juga oleh para presiden. Itu sebabnya di bagian awal artikel ini disebutkan, bahwa ada yang salah dengan jiwa mereka yang bersedia menjadi calon presiden.
Berdasarkan catatan sejarah, sejumlah pemimpin di jaman kuno menunjukkan pola perilaku yang sama, yaitu hampir selalu merugikan rakyat yang mereka kuasai. Namun seringkali sejarah menulis mereka dengan sebutan yang "menyesatkan" seperti the great, the maginificent, the glorious, the chosen one, pemimpin besar revolusi, bapak pembangunan, messenger of this or that god, dan lain-lain.
Di masa lalu banyak pemimpin disebut sebagai dewa, raja atau kaisar. Itu adalah "kenormalan", karena pada masa itu, kebesaran dan keegoisan dari banyak pemimpin itu hanyalah bagian dari sistem yang mendorong munculnya perilaku seperti itu. Seorang pemimpin besar di masa dahulu memang sebenarnya narcissist yang dibiarkan begitu, bahkan didorong oleh lingkungannya atau keluarganya untuk menjadi begitu (narcissist).
Di masa lalu itu, tentu akan sulit untuk menolak kebiasaan setiap keluarga kerajaan yang hampir selalu mengajarkan naricissism kepada setiap keturunannya.
Bagaimana mungkin Anda tidak memiliki ciri narcissist setelah diberi tahu secara intensif sejak kecil sekali, bahwa Anda ditakdirkan untuk berkuasa, menjadi agung, hebat, suci, istimewa, dan lain sebagainya. Sementara itu tidak ada seorang pun di sekitar Anda yang pernah mencoba menentang atau mengoreksi Anda?
Alexander the Great
Salah satu penguasa yang jelas-jelas dicatat memiliki ciri narcissist adalah Alexander the Great. Meskipun Alexander sering digambarkan sebagai seorang jenderal brilian yang layak dikagumi, pada kenyataannya dia adalah seorang pemuda arogan yang haus kekuasaan dan puja-puji, namun menciptakan banyak penderitaan untuk tujuan egoisnya sendiri. Alexander sejak kecil yakin akan kehebatannya sendiri, dan narcissism itu ditumbuhkan oleh keluarganya sejak kecil dan melekat erat sepanjang hidupnya.