Inilah beberapa ciri utama dari narcissist:
1. Kebutuhan untuk Dipuja-puji Melebihi Takaran Normal
Dalam konteks kepemimpinan, salah satu ciri narcissist yang utama adalah keyakinan besar (di luar porsi yang normal), bahwa dirinya memiliki segala kekuatan, kemampuan, keistimewaan, atau kecerdasan melebihi dari orang lain.
Karena keyakinan ini melebih porsi yang normal, maka muncul ekses seperti kebutuhan yang juga tidak normal untuk dipuja-puji, atau menjadi anti kritik, bahkan merasa tak pernah salah, atau terlalu suci untuk dikritik.
Untuk mengarahkan (membimbing) orang-orang dalam memuja-memuji dirinya, sering para narcissists ini membekali diri mereka dengan berbagai penghargaan atau award yang direkayasa. Termasuk juga kisah-kisah heroik atau mencengangkan. Putin, sebagai contoh, memiliki catatan yang banyak dalam soal merekayasa citra dirinya. Beberapa contohnya adalah dalam bentuk video yang menunjukkan betapa jantannya Putin. Mereka biasanya menggunakan argumen, bahwa award itu dibutuhkan, karena sesuai dengan teori marketing, bahwa "prestasi" mereka harus dikomunikasikan kepada customers, clients atau masyarakat. Para pemimpin yang narcissist ini memang melihat hubungannya dengan masyarakat itu seperti itu, yaitu hubungan penjual dan pembeli, atau hubungan majikan dan budaknya.
2. Grandiosity atau Waham atau Megalomania
Grandiosity (keyakinan melebihi takaran normal tentang kebesaran atau kehebatan dirinya) itu bisa membuatnya melakukan salah langkah, namun tidak ada yang bisa (boleh) mengkoreksinya. Akibatnya ia akan terus melenggang melakukan kesalahan yang punya dampak buruk bagi orang banyak, tapi mungkin tidak bagi dirinya.
Ia sering terlanjur membentuk lingkungannya atau membangun struktur organisasi yang terdiri dari mereka yang hanya loyal kepadanya karena terpaksa. Yang tidak loyal sudah disingkirkannya jauh-jauh hari.
3. Kehilangan Empathy
Ciri lainnya adalah mampu tetap tenang dalam membuat keputusan besar dalam situasi sulit, dan sekaligus tanpa memiliki perasaan bersalah jika keputusannya mengorbankan orang lain. Wajar jika ada korban dalam revolusi, demikian kata-kata yang diucapkan salah satu pemimpin di masa lalu. Alexander the Great mengorbankan ratusan ribu orang dalam perangnya (belum termasuk korban dari masyarakat yang terdampak oleh perangnya) yang menurut Alexander untuk nama besar Macedonia, padahal untuk kebesaran namanya sendiri.