DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
Bulan Agustus saat yang tepat bagi kita semua untuk merenungkan kembali apa arti proklamasi kemerdekaan RI.
Kita tahu, Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Namun tak banyak yang tahu, bahwa Indonesia sebenarnya dikepung oleh banyak bencana alam. Menurut para ahli bencana: 1) Bencana yang paling sering terjadi adalah bencana banjir dan longsor. Bencana ini terjadi sporadis di berbagai tempat. 2) Indonesia juga rawan bencana penyakit, seperti wabah DB, HIV dan yang sekarang sedang terjadi adalah pandemi COVID-19. 3) Bencana gunung meletus. 4) Bencana gempa dan tsunami karena pergerakan lempeng tektonik dan sesar.
Untuk yang terakhir terutama, yaitu bencana gempa dan tsunami sudah ada peta bencana yang dibuat oleh para ahli geologi dan ahli mitigasi bencana. Gempa dan tsunami Aceh dan Sulawesi Tengah sudah dihitung sebelumnya oleh para ahli, meski mereka tak bisa menentukan tahun terjadinya. Sayangnya tak banyak yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk membuat mitigasi bencananya. Akibatnya korban luka & tewas terlalu banyak dan kerugian materi tak bisa dikurangi.
Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatra bagian selatan menurut para ahli geologi dan ahli mitigasi bencana terancam gempa besar dan tsunami besar yang berasal dari Sunda Megathrust (akibat dari pergerakan lempeng tektonik). Bahkan kepala BMKG juga pernah ikut memperingatkan soal ancaman ini, karena skala bencananya sangat besar. Silakan Google mengenai ini.
Sejak bulan September 2018 lalu, yaitu sejak gempa besar dan tsunami besar di Sulawesi Tengah, saya disebut sebagai seorang ahli gempa oleh beberapa media. Metro TV dua kali mewancarai saya melalui telepon dan langsung di studionya. Itu semua gara-gara puluhan tulisan saya sepanjang 2016-2018 tentang geologi, gempa, tsunami dan mitigasi bencana. Saya saat itu bekerja sebagai periset dan penulis untuk sebuah ekspedisi yang bertujuan untuk memperingatkan pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tengah tentang ancaman gempa dan tsunami besar. Sayangnya sebelum ekspedisi tuntas, bencana besar itu sudah terjadi.
Sekarang saya sudah tak berada dalam ekspedisi itu lagi, dan sekarang saya sibuk mempromosikan kesehatan (tubuh & mental). Tentu apa yang saya kerjakan ini cocok dengan situasi Indonesia yang setiap saat bisa berubah menjadi bencana. Itu belum termasuk bencana sosial. Bahkan cocok pula pada situasi pandemi sekarang ini. Promosi ini sudah saya lakukan sejak tahun 2015 lalu dengan cara menulis (lebih dari 300 artikel) tentang berbagai riset sains seputar memaksimalkan fungsi otak dan kaitannya dengan kesehatan, kecerdasan, produktivitas, hingga altruism. Saya bahkah sudah membuat lebih dari 100 videos dan 3 ebooks. Juga saya menjadi pembicara di beberapa diskusi online selama pandemi ini yang berkaitan dengan itu.
Sekarang saya mulai sibuk menyelenggarakan sendiri diskusi online untuk mempromosikan lebih gencar apa yang saya sebut di atas. Ini diskusi online yang baru-baru ini saya selenggarakan: https://membangunpositivity.com/index.php/2021/08/03/diskusi-online-meditasi-di-masa-pandemi-untuk-apa/
Ini latar belakang diskusi onlin yang saya selenggarakan: Sejak awal pandemi, WHO dan berbagai lembaga kesehatan di mana-mana sudah meneliti dan memperingatkan tentang munculnya gelombang stress akibat pandemi COVID-19. Dijelaskan pula mengapa.
Siapapun kita, tua-muda, miskin-kaya, laki laki-perempuan, apa pun profesinya, tingkat pendidikannya, tingkat ekonominya, semua dapat terkena gelombang stress ini. Sayangnya, peringatan ini tidak cukup menyadarkan banyak orang. Ada yang abai, ada juga yang tidak sadar dirinya mengalami stres, dan ada yang tidak percaya dirinya dapat mengalami stres.