Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negara Rusak karena Kesehatan Mental

21 Juli 2021   14:19 Diperbarui: 22 Juli 2021   12:10 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Tribun Network

WHO sebenarnya sudah memperingatkan soal gelombang stres yang melanda dunia yang disebabkan oleh pandemi.  Pandemi yang sudah berjalan selama 1,5 tahun dengan gelombang stresnya yang belum mereda, tiba-tiba pandemi di Indonesia diperburuk dengan hantaman tsunami COVID-19 sejak beberapa minggu terakhir setelah masa mudik Lebaran berakhir.

Pemerintah pun akhirnya menetapkan PPKM dan sekaligus menumbuhkan tingkat stres lebih tinggi lagi daripada sebelumnya.

Itu terlihat di WA Groups yang isinya menggila dengan berbagai hoax, fitnah, atau debat kusir diwarnai maki-maki. Kritik pada Jokowi dan pemerintah makin menjadi-jadi, bahkan kritik itu muncul di groups pendukung Jokowi sekalipun.

Kita pun melihat terjadi penentangan secara sporadis pada penerapan PPKM di berbagai lokasi. Sebagian seperti kerusuhan. Itu karena masyarakat bawah yang terpukul karena pandemi, sekarang lebih terpukul lagi dengan PPKM ini. Bantuan sosial diragukan efektivitasnya, karena misalnya entah bagaimana cara membuat daftar penerima bantuan sosial.

Sains menyebut, stres membuat fungsi otak menurun. Akibatnya kejernihan berpikir menurun. Mudah curiga pada orang lain. Kecemasan meninggi. Pertengkaran mudah terpicu oleh sebab yang kecil.

Stres ini bukan terjadi di masyarakat saja, tetapi juga terjadi pada pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan itu. Lihat saja obat cacing Ivermectin dijadikan obat COVID-19, padahal belum ada uji klinisnya. Sebelum Ivermectin juga ada yang lain.

Stres mungkin bagi sebagian orang dianggap tidak kasat mata, namun sebenarnya memiliki gejala:

1. Hoax tumbuh subur di masyarakat yang stres. Ini mudah terlihat di medsos seperti WA Groups.

2. Langkah yang diambil pemerintah mudah dicurigai. Akibatnya kebijakan pemerintah tidak ditaati oleh masyarakat.

3. Immune system menurun. Akibatnya lebih banyak orang yang terserang penyakit, apalagi COVID-19.

==o==

Stres adalah bagian dari kesehatan mental yang buruk. WHO sudah menyebutkan bahwa sebagian besar pemerintahan di dunia kurang memperhatikan kesehatan mental masyarakatnya. Anggaran yang disediakan pemerintah untuk kesehatan mental hanya 3% dari keseluruhan anggaran. Studi itu dilakukan sebelum masa pandemi. Hasil studi itu tentu membuat kita prihatin, apalagi hasil studi tentang kesehatan mental di masa pandemi ini.

Masih menurut WHO, kesehatan mental yang bagus sebenarnya bisa menurunkan biaya kesehatan masyarakat, karena kesehatan mental akan membuat masyarakat tidak mudah sakit, apalagi sakit yang mematikan seperti jantung, diabetes, ginjal, tekanan darah tinggi, alzheimer, dan lain-lain. Kita bisa membayangkan jika kesehatan mental masyarakat dijaga oleh pemerintah di masa pandemi ini, maka immune system masyarakat pun akan menjadi lebih kuat. Itu artinya selain protokol kesehatan, menguatkan immune system seharusnya juga menjadi modal dasar bagi masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.

Lagi-lagi menurut WHO, kesehatan mental bisa meningkatkan angka produktivitas. Setiap 1 dollar yang dikeluarkan pemerintah untuk kesehatan mental masyarakat akan kembali menjadi 4 dollar dalam bentuk produktivitas yang tercipta. Tentu saja itu masuk akal, karena mereka yang sehat mentalnya memiliki fungsi otak yang lebih baik, dan memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik pula untuk bekerja atau berkarya, bahkan berprestasi.

==o==

Jadi stres harus diminimalisir. Banyak cara menurunkan tingkat stres beredar di berbagai media. Ada yang bilang banyak tertawa, gak usah baca berita, apalagi di medsos, makan dan minum ini-itu, berjemur di bawah matahari pagi, olahraga, mengkonsumsi ramuan ini-itu, banyak berdoa, berserah diri pada Tuhan, dan lain-lain.

Tentu semua itu betul bisa menurunkan tingkat stres, namun pernah kah kita mencari tahu tentang seberapa besarnya? Pernah kita mencari tahu apa yang paling terbukti bagus dalam menurunkan tingkat stres, menurut riset sains?

Supaya tidak bertele-tele, saya sampaikan apa yang menurut riset sains paling besar bisa menurunkan tingkat stres melebihi apa pun: Hanya ada 2 aktivitas yang mampu menurunkan tingkat stres secara signifikan, yaitu: Bersyukur dan Meditasi.

BERSYUKUR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT STRES

Tak banyak yang tahu, bahwa praktik bersyukur yang diajarkan oleh berbagai agama di dunia telah sering diteliti oleh positive psychology dan neuroscience. Bersyukur sudah menjadi kajian penting bagi neuroscience dan positive psychology. Para ahli kemudian mendefinisikan kembali apa itu bersyukur menurut sains, yaitu 'menulis jurnal positif'.

1. Bersyukur adalah berlatih untuk lebih mudah menemukan dan menyadari, bahwa ada yang positif pada diri kita atau pada sekitar kita (pada orang lain atau hal lain). Riset menunjukkan ternyata kita lebih cenderung menyadari yang negatif, padahal itu memicu stres. Sebagaimana kita tahu stres menurunkan kesehatan tubuh dan mental kita, bahkan menurun pula fungsi otak kita.

2. Lebih cendrung menyadari yang negatif itu tentu itu alamiah, karena itu adalah cara kita untuk bertahan hidup atau untuk menghindari bahaya (dengan waspada pada apa yang negatif). Namun efek sampingnya dari itu (terus menyadari adanya hal-hal yang negatif) adalah memicu keluarnya hormon cortisol terlalu banyak dan terlalu lama yang pada gilirannya mengganggu kesehatan tubuh dan kesehatan mental.

3. Bersyukur yang diajarkan oleh sains adalah dengan cara menulis jurnal positif. Apa isinya? Sama seperti menulis diary, namun isinya hanya menonjolkan apa saja yang positif dari diri Anda, orang lain atau apapun di sekitar Anda dalam 24 jam terakhir. Tulis dengan 1 atau 2 paragraf pendek. Isinya juga boleh diselingi dengan pemikiran apapun, kenangan apapun, atau rencana apapun di masa depan, namun harus yang positif. Topik positif yang Anda tulis harus berganti setiap kali Anda menulis jurnal positif.

4. Lalukan praktik menulis jurnal positif ini sekali dalam sehari, lebih sering lagi tentu itu lebih bagus lagi, apalagi jika sedang terjadi peristiwa negatif (seperti tragedi atau sedang menghadapi tantangan hidup yang besar). Anda bisa lakukan kapan saja dan di mana saja dengan HP Anda (aplikasi Note) atau dengan kertas dan pinsil atau pulpen. Bahkan Anda juga bisa pasang itu di akun medsos Anda. Kita pasti menemukan banyak waktu luang setiap hari untuk menulis jurnal positif di HP kita.

MEDITASI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT STRES

1. Duduk dengan posisi yang nyaman, posisi duduk terserah saja, mata dipejamkan. Lalu memperhatikan tarikan dan hembusan nafas, misalnya fokus memperhatikan aliran udara yang masuk dan keluar lewat hidung atau fokus pada aliran udara yang mengisi dan keluar dari paru-paru.

2. Jika pikiran melayang memikirkan hal lain, jangan gundah, karena itu wajar. Kembali saja memperhatikan tarikan dan hembusan nafas lagi.

3. Begitu terus selama beberapa menit. Satu menit sudah bagus, lebih lama lebih bagus lagi. Semakin sering dilakukan dalam 1 hari semakin bagus.

4. Kita sebenarnya memiliki banyak waktu luang untuk melakukan meditasi di sela-sela kegiatan kita sehari-hari, misalnya ketika sedang menunggu file yang didownload, atau menunggu datangnya makanan yang kita pesan, sedang memanaskan mesin kendaraan dan masih banyak yang lain, Bahkan menuang air ke dalam gelas ada waktu beberapa detik untuk melakukan meditasi.

5. Jika ingin ke tahap selanjutnya dari meditasi, kita bisa juga mempraktikkan ini: setiap pikiran yang muncul kita biarkan, namun kita perhatikan saja pikiran itu. Jika pikiran itu berganti dengan pikiran yang lain, tetap biarkan saja, namun kita perhatikan saja pikiran itu. Jangan membuat penilaian atau judgement pada setiap pikiran yang muncul. Netral saja.

6. Cara meditasi sekuler itu adalah apa yang disampaikan dari berbagai riset sains sepanjang kira-kira 3 dekade terakhir. Daftar berbagai benefit yang diberikan meditasi sudah disusun dan Anda bisa temukan pada ribuan artikel dan video.

M. Jojo Rahardjo

Menulis lebih dari 300 artikel, lebih dari 100 vido, dan 3 ebooks untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar memaksimalkan fungsi otak dan kaitannya dengan kesehatan tubuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun