Sudah bertahun-tahun saya tak lagi menonton TV. Untuk apa menontn TV? Semua tayangan ada di Internet kok, bahkan lebih beragam, lebih dalam, lebih lengkap. Tayangan berita realtime dari TV mana pun ada di Internet, termasuk yang dari luar negeri.Â
Saya bisa memilih tayangan apa pun yang saya anggap penting dan terutama yang positif. Ngapain membiarkan stasiun TV memilihkan tayangan apa yang akan kita tonton, padahal stasiun TV berorientasi pada rating atau profit. Mereka gak berorientasi pada edukasi atau informasi yang positif.
Nah tadi pagi seusai bersepeda, saat saya menyantap sarapan pagi saya, tahu-tahu ada yang menghidupkan TV di depan saya dan menayangkan stasiun TV berita yang cukup populer. Acaranya adalah talkshow dengan seorang yang mewakili pemerintah dan seorang lagi yang mewakili gerombolan Kadrun.Â
Saya terkejut dengan cara pewawancara memimpin talkshow ini. Ia lebih kritis pada pembicara yang mewakili pemerintah dan bahkan sering memotong pembicaraan. Dia juga terlihat lebih memberi kesempatan berbicara yang lebih lama pada pembicara yang mewakili gerombolan Kadrun. Hah? Omongan bernada negatif begini diberi panggung yang besar?
Ada apa ini? Saya pun terheran, namun cuma sebentar, karena saya ingat Najwa yang sedang naik daun itu. Baginya, rating tinggi adalah yang utama, dan iklan yang banyak tentunya. Penting banget buat Najwa untuk terlihat kritis, pintar dan hebat, meski itu bisa berarti menebar negativity. Hampir semua TV memang begitu, kalo gak gitu, nanti bisa ambruk bisnisnya.
Ya sudah, berarti udah benar saya sejak bertahun-tahun lalu gak menonton TV lagi.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H