BNPB di kota Padang, 30 September 2019 lalu, Â memperingati 10 tahun Gempa Besar 7,9 SR yang menghantam kota Padang dan sekitarnya pada 30 September 2009 lalu. Banyak rumah dan gedung, infrastruktur dan hilangnya banyak jiwa dan korban luka-luka.
Menurut ahli geologi, setiap gempa besar memiliki siklusnya. Siklus gempa besar biasanya memiliki rentang waktu beberapa puluh tahun hingga ratusan tahun. Gempa besar di Sumbar baru terjadi 10 tahun lalu, sedangkan ada banyak wilayah di Indonesia yang memiliki siklus gempa besar tapi belum terjadi gempa besar. Jakarta adalah salah satu wilayah yang memiliki siklus gempa besar, namun gempa besar belum terjadi.
Wilayah-wilayah ini sebaiknya disiapkan oleh BNPB untuk menghadapinya dengan cara belajar dari pengalaman Sumbar dan tentunya wilayah lain yang sudah terkena gempa besar seperti Aceh, Yogya, Sulteng, dan lain-lain.
Apakah Jakarta sudah disiapkan BNPB untuk menghadapi gempa besar?
Berbagai catatan sejarah memuat informasi tentang gempa di masa lalu, seperti yang dibuat oleh ahli gempa Jerman Winchmann (1918). Menurutnya pernah terjadi gempa bumi besar yang berasal dari sumber gempa di sekitar Jakarta dan menimbulkan kerusakan berat di wilayah Jakarta serta kota-kota lain di sekitar Jawa Barat dan Lampung. Setidaknya tercatat 3 kali gempa besar pernah terjadi, yaitu pada 5 Januari 1699, 22 Januari 1780 dan 10 Oktober 1834.
Sedangkan dalam 10 tahun ke belakang, setidaknya ada 4 gempa bumi yang guncangannya dirasakan cukup kuat hingga di Jakarta, diantaranya Gempa Indramayu 9 Agustus 2007, Gempa Tasikmalaya 2 September 2009, Gempa Tasikmalaya 15 Desember 2016 dan Gempa Lebak 23 Januari 2018. Jakarta memang rentan terhadap gempa bumi besar yang sumbernya ada di sekitar Jakarta, terutama di bagian selatan.
Belum ada cara untuk memprediksi dengan akurat kapan datangnya gempa, juga titik sumber gempa. Namun sumber gempa dan potensi besaran sudah dapat ditentukan secara ilmiah. Itu berarti kita dapat memperhitungkan pula dampak gempa yang akan terjadi.
Jakarta sangat mungkin dilanda gempa besar, namun sumbernya bukan di Jakarta, tetapi  terutama dari sekitar Jakarta, terutama di selatan. Selat Sunda yang menyimpan Sunda Megathrust mampu menggoyang Jakarta dengan kuat sekali, sehingga dikuatirkan akan bernasib seperti Mexico City di tahun 1985 yang gedung-gedungnya nyaris rata dengan tanah.
Sulawesi Tengah adalah wilayah yang baru saja dihantam gempa besar. Kerugiannya sangat besar, yaitu sekitar 18,4 T (sumber: BNPB). Angka kerugian itu bukan angka biaya pemulihan yang dibutuhkan setelah gempa. Entah berapa kerugiannya jika Jakarta yang dihantam gempa besar. Juga entah berapa biaya pemulihannya, sehingga Jakarta harus mempersiapkan diri untuk melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak atau kerugiannya saat gempa besar menghantam Jakarta.
Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah di bulan September 2018 lalu telah melumpuhkan semua kegiatan ekonomi, sosial dan politik (pemerintahan) di sana. Bayangkan jika itu terjadi pada pemerintahan pusat yang seharusnya tetap berjalan setiap saat.
Peringatan gempa besar di Sumbar 10 tahun lalu lebih cocok diadakan di wilayah yang belum terkena gempa besar, seperti Jakarta atau wilayah lain. Jadi nanti Indonesia tidak lagi menjadi negeri bencana yang tidak pernah siap menghadapi bencana.
M. Jojo Rahardjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H