Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Citizen Scientist

Satu-satunya penulis sejak 2015 yang telah menghasilkan ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Caleg Milenial dan Tantangan Besar Negeri Ini

12 Maret 2019   17:29 Diperbarui: 13 Maret 2019   10:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Caleg muda PAN, Faldo Maldini (Instagram @faldomaldini)

Tulisan saya sebelumnya tentang caleg milenial mempertanyakan apakah mereka bisa memikul peran untuk memperbaiki rangking Indonesia di "World Happiness Report" (WHR) yang diterbitkan oleh PBB setiap tahun. 

Mengapa WHR? Karena itu adalah cara baru bagi dunia untuk menghitung atau mengukur kemajuan sebuah negeri, yaitu dengan 6 indikator: 

  1. GDP per-capita, 
  2. Social Support, 
  3. Healthy life expectancy, 
  4. Freedom to make life choices,
  5. Generousity, 
  6. Perceptions of corruption.

Sebelum WHR, PBB dulu menggunakan HUMAN DEVELOPMENT INDEX untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Laporannya diterbitkan setiap tahun dengan mengukur: Life expectancy, Education, dan Income per-capita. Negeri-negeri Skandinavia selalu menduduki tempat pertama dalam laporan ini.

Lalu sejak tahun 2012 lalu PBB mulai menerbitkan WHR untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Report ini dirancang oleh neuroscientists dan ilmuwan dari ilmu pengetahuan lainnya. Kata HAPPINESS sering disebut oleh neuroscientists dengan kata POSITIVITY untuk memberi arti yang khusus, yaitu keadaan positif di otak yang mempengaruhi brain, mind dan body. Lagi-lagi negeri-negeri Skandinavia menduduki tempat pertama dalam laporan ini.

Rian Ernesto dan Faldo Maldini (Sumber: twitter.com/rianernesto)
Rian Ernesto dan Faldo Maldini (Sumber: twitter.com/rianernesto)
Tulisan saya sebelumnya itu meragukan caleg milenial bisa memikul peran itu, karena neuroscience atau positivity belum populer di Indonesia, meski sudah dikembangkan di negeri-negeri maju sepanjang lebih dari 2 dekade. 

Baca juga: Caleg Milenial untuk Indonesia yang Lebih Baik? Mungkinkah?

Saya meragukan caleg milenial pernah membaca, bahkan mempraktekkan apa yang disarankan oleh neuroscience untuk memiliki positivity. Jika belum memiliki positivity yang besar, maka caleg milenial ini juga tak bisa diharapkan untuk bisa menularkan positivity ke rakyat yang diwakilinya.

Tidak hanya itu, caleg milenial ini juga perlu dipertanyakan kemampuannya dalam strategi kampanye. Caleg milenial mungkin terbuai dengan angka yang disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), bahwa jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta--80 juta jiwa dari 193 juta pemilih atau sekitar 35-40 persen dari populasi pemilih. 

Pemilih milenial ini mungkin dianggap bisa  dibujuk untuk memilih caleg milenial, karena memiliki kesamaan karakter atau kesamaan kecenderungan, misalnya dalam menggunakan media sosial.

Digital Statistical Indicaotors (hotsuite)
Digital Statistical Indicaotors (hotsuite)
Menurut Hootsuite, pengguna media sosial di Indonesia berjumlah 49% dari total populasi. Tentu pengguna media sosial itu tidak semuanya adalah pemilih milenial. Sisanya yang tidak menggunakan media sosial harus dijangkau dengan cara lain. Apakah melalui media konvesional seperti cetak, TV, radio, pamflet, baliho, dan lain-lain? Siapkah para caleg ini di media konvensional?

Survey yang dilakukan LSI Denny JA baru-baru ini menyebut pemilih muslim berjumlah 87,8%. Itu jumlah yang harus diperhitungkan dengan baik. Sebagian dari mereka tentu adalah pemilih milenial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun