Seorang ibu ikut antri menunggu kedatangan Basuki Tjahaja Purnama  (Ahok), Gubernur DKI Jakarta di Balaikota. Setelah mendapat kesempatan berbicara dengan Ahok, sang ibu meminta bantuan Ahok untuk memberikan KJP kepada anaknya yang masih sekolah di SMA. Ia dulu bekerja sebagai sopir bus Transjakarta, tetapi sekarang tidak lagi. Penghasilan suaminya dan hasil kerja sambilan yang dilakukannya tidak cukup untuk membiayai sekolah anaknya itu. Ia sudah mengurusnya di Kelurahan tetapi ditolak dengan berbagai alasan.
Mendengar cerita itu, Ahok terdiam sambil memegang dagunya. Ia terenyuh mendengat kisah ibu itu. Lalu ia memerintahkan ajudannya untuk mengurus KJP bagi anak si ibu itu.
Pada saat sopir taksi melakukan demo rusuh beberapa hari yang lalu, Tuti (54 tahun) seorang pegawai honorer harian lepas  (PHL) bidang pertamanan, berjuang sendirian mengejar para pendemo memasuki taman yang menjadi tanggung jawabnya. Pendemo tidak peduli, mereka memasuki taman untuk kencing. Tapi Tuti mengejar mereka dengan tangkai sapu, sehingga tidak jadi membuang hajat mereka di taman yang dirawat dengan hati-hati oleh Tuti.Â
Rupanya adegan Tuti menguber-uber pendemo yang hendak masuk ke tamannya ada yang memotretnya, yang akhirnya masuk ke HP Ahok. Lalu Ahok meminta stafnya dan juga polisi untuk mencari Tuti untuk menemuinya di Balaikota. Tapi Tuti agak ragu dan takut-takut menemui Ahok, karena ia hanyalah petugas lapangan urusan taman kota. Tapi akhirnya ia memberanikan diri, pagi-pagi ia sudah ikut menunggu kedatangan Ahok di Balaikota. Setelah Ahok turun mobil ia tersenyum melihat Tuti yang memakai pakaian seragamnya. Ahok langsung menyalaminya. Ahok meminta ajudannya mengantarkannya ke ruang dalam Balaikkota. Ia di suruh makan dulu.
Setelah menemui warga yang menyampaikan pengaduan, Ahok menemui Tuti. Ahok mengucapkan terima kasih. Sewaktu ditanya kenapa tidak dipotret sekalian para pendemo yang merusak taman itu, Tuti menjawab, ia hanya punya HP yang tidak ada kameranya. Ahok kemudian menjanjikan akan memberikan hadiah berupa HP yang ada kameranya.
Itulah dua dari banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa Ahok juga mempunyai sisi kelembutan dan sangat manusiawi. Tidak banyak gubernur yang punyai kepedulian kepada rakyat kecil dan kepada pegawai rendahan. Peristiwa dijamu makan di Balaikota dan diberi hadiah HP berkamera oleh Gubernur tentu adalah pengalaman yang tidak terlupakan oleh Tuti. Sedangkan ibu yang meminta bantuan KJP bagi anaknya dan langsung dikabulkan, akan mengingat kebaikan hati Gubernur sepanjang hayat.
Jadi tidak benar Ahok itu kasar dan tidak santun. Ia sangat baik dan santun kepada rakyat Jakarta yang baik. Ia bahkan membuka diri untuk menerima pengaduan setiap pagi di balaikota, atau melalui SMS dengan nomor SMS Ahok via telkomsel, Indosat, XL.
Tapi, Ahok tidak suka bermanis-manis dengan siapapun yang mempunyai niat jahat merampok uang rakyat. Ia tidak mau berbaik-baik dengan pegawai DKI yang  ketahuan malas dan suka memeras. Ia terus melakukan kocok ulang, tender jabatan, rotasi, mutasi dan diturunkan dari jabatan mereka jika tidak becus bekerja.
Ia berperang dengan para mafia yang gentangan di Jakarta, di hampir seluruh bidang kehidupan. Ia menghancurkan mafia rusunawa, mafia pasar, mafia tanah, mafia kaki lima, mafia
Ahok secara sendirian berkali kali berseteru dengan hampir 100 anggota DPRD. Pertama dalam kasus proyek siluman UPS. Kedua dalam penyusunan APBD DKI Jakarta. Dengan menggunakan e-budgeting, Ahok berhasil menyisir satu persatu proyek dan berhasil menyelamatkan dana Rp 11.5 trilliun.
Ia juga pernah berseteru dengan BPK, mengajak mereka untuk buka-bukaan tentang asal usul kekayaan. Pada hal BPK adalah iembaga tinggi Negara yang paling ditakuti oleh seluruh kepala daerah. Tapi Ahok tidak peduli.