Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sisi Lain dari Seorang Dahlan Iskan

8 April 2014   16:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Taufiq Ismail, penyair terkenal, pernah mengirim email kepada Dahlan Iskan. Ia memberikan gelar kepada Dahlan sebagai kiyai besar zikrul maut. Taufiq rupanya mengikuti tulisan bersambung Dahlan Iskan mengenai operasi cangkok hati yang dijalaninya di Cina. Secara puitis Taufiq menyatakan bahwa apa yang ditulis Dahlan adalah zikir yang luar biasa  untuk mengingatkan kita tentang kekuasaan Tuhan.

Dahlan Iskan memang telah mengalami pertarungan antara hidup dan mati gara-gara penyakit sirosis hati yang sudah meningkat menjadi kanker hati. Ia harus menjalani operasi cangkok hati jika ingin tetap hidup. Ia menjalani operasi ganti hati itu di Cina. Meskipun demikian,  ia menyadari bahwa tingkat keberhasilan operasi tersebut hanya 50%.  Beberapa bulan sebelumnya, Cak Nur (Nurkholis Madjid) yang juga menjalani operasi cangkok hati ternyata gagal dan meninggal dunia.

Pada saat operasi hati berlangsung, para redaksi, wartawan dan karyawan di Grup Jawa Pos se Indonesia  melakukan doa bersama. Di Pesantren Salafiyah di Magetan, tempat keluarga ibunya berasal, ratusan orang berdoa berdoa bersama. Akan tetapi yang mendoakannya bukan saja dari kalangan beragama Islam. Kawan-kawan dan relasinya dari berbagai agama juga melakukan hal yang sama. Bahkan di sebuah klenteng di Malang, jamaah budha membaca doa bersama sampai operasi selesai. Hal itu menunjukkan betapa luas dan beragamnya kawan-kawan dekat dari pergaulan Dahlan Iskan.

Tapi,  Dahlan Iskan sendiri sesaat menjelang dibius, justru bingung dan masih  berpikir keras, doa apa yang akan dibacanya. Akhirnya ia memutuskan untuk membaca di dalam hati sebuah doa pendek saja, yang bahkan bukan berupa doa, “Terserah kepadaMu Tuhan. Jika Kau ingin aku hidup, sembuhkanlah aku. JIka Kau ingin aku mati,  matikanlah”.

Ternyata Tuhan menghendaki Dahlan Iskan tetap hidup. Ia sembuh total. Pada hal ia menduga,  kalaupun sembuh,  pastilah ia tidak bisa bergerak dan berjalan seperti dulu lagi. Oleh sebab itu,  untuk antisipasi,  sebelum menjalani operasi cangkok hati,  Dahlan Iskan membeli helikopter untuk mengantarkannya ke berbagai acara dan pertemuan yang harus dihadirinya. Tapi ternyata ia kuat berjalan kaki sampai 36 km menyusuri belantara Papua untuk melihat lokasi proyek pembangkit listrik yang akan dibangun.

Meskipun sudah menjadi menteri dan juga kaya, Dahlan Iskan selalu berpenampilan sederhana. Kemana-mana ia memakai sepatu kets. Baju kesukaannya berwarna putih lengan panjang,  tapi dilipat. Jas hanya dipakai kalau ada upacara negara yang harus dihadirinya.

Dahlan Iskan menghindari protokoler. Ia menyetir mobil sendiri. Ia tidak segan-segan naik KRL dari Jakarta ke Bogor untuk menghadiri rapat kabinet di Istana Bogor. Karena khawatir terlambat karena terjebak kemacetan, dari stasiun Bogor dia naik ojek ke Istana Bogor.

Penampilan Dahlan Iskan yang sangat bersahaja itu mungkin disebabkan ia adalah seorang sufi, selaku pengikut dari aliran Tarekat Syattariah,  suatu aliran tarikat tasawuf yang dipraktekkan di Pesantren Sabilil Muttaqien, Magetan. Pesantren ini dibangun kembali oleh kakek dari Dahlan Iskan dari pihak ibunya.

Kata Dahlan, kegemarannya memakai baju putih itu terkait dengan kebiasaan dalam keluarganya yang menganut tarekat tasawuf. Di tarekat ini, kata Dahlan, selalu mengajarkan seseorang untuk mengingat kematian. Seseorang harus mempersiapkan diri untuk mati, dan baju putih adalah baju kematian.

Berbeda dengan penganut tarikat yang umumnya mengutamakan bacaan zikir siang dan malam,  Dahlan justru berzikir dengan lafaz dan bekerja. Dahlan meyakini hakikat dari zikir adalah bersyukur atas rahmat dan karunia Tuhan yang tidak terhingga, yang harus dimanifestasikan dengan kerja, kerja, kerja. Dengan cara itu,  Tuhan akan terus menambahkan rahmat dan karunianya.

Jadi Taufiq Ismail baru setengah benar dengan menggelari Dahlan Iskan adalah Kiyai Besar Zikrul Maut. Dahlan Iskan adalah kiayi yang sebenarnya, yang fasih zikirnya dan mengamalkannya melalui kerja, kerja, kerja,  guna menciptakan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan.

Demikianlah,  dengan berzikir,  Dahlan Iskan telah menyelesaikan berbagai proyek-proyek besar dan spektakular. Ada jalan tol di atas laut Bali,  ada sejumlah bandara internasional baru,  ada sejumlah pelabuhan terminal peti kemas modern, ada pencetakan sawah 100 ribu hektar, dan sederet hasil karya lainnya.  Itu semua terjadi dalam waktu singkat,  hanya sekitar 2 tahun lebih masa tugasnya selaku Menteri BUMN.

Ciawi, 8  April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun