[Resensi Buku] Pulang
Judul buku : Pulang
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Terbitan Pertama : September2015
Halaman : 400
Inilah buku karangan Tere Liye yang bersinggungan dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Tere menulis masalah “economic shadow”, ekonomi yang berjalan di ruang hitam atau disebut juga underground economy. Sektor ini menguasai bisnis legal maupun illegal, yang mencakup seluruh sektor perekonomian penting, seperti perbankan, perikanan (illegal fishing), pencucian uang, perdagaangan senjata, transportasi, properti, migas, valas, pasar modal, retail, teknologi mutakhir, hingga penemuan duniia medis. Semuanya dikendalikan oleh institusi ekonomi pasar gelap
Akan tetapi buku ini sebenarnya sebagian besar bercerita tentang kekuatan persahabatan dan kesetiaan dan pengkhianatan dalam internal anggota keluarga penguasa pasar gelap. Dikisahkan persaingan antar kelompok keluarga dalam memperebutkan kekuasaan, serta kehormatan kelompok yang harus dijaga, jangan sampai melewati batas.
Tokoh utama dalam cerita ini adalah ‘aku’ dengan nama asli Agam, tetapi lebih populer dipanggil si Bujang. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di pinggir desa yang disebut Talang, di bawah kaki bukit barisan Sumatera. Ayahnya bernama Samad, mantan komandan tukang pukul di kelompok Keluarga Tong, salah satu penguasa shadow economy. Ia menjadi orang kepercayaan Tauke Besar, ayah dari Tauke Besar yang sekarang yang waktu itu dipanggil sebagai Tauke Muda.
Dalam sebuah pertempuran dengan keluarga penguasa pasar gelap saingan Keluarga Tong, Samat mengalami nasib sial, kakinya hancur dan lumpuh sebelah. Karena sudah cacat, Samad meminta izin kepada Tauke Besar untuk mundur. Permintaannya dikabulkan dengan suatu perjanjian, setelah 15 tahun kemudian, jika ia mempunyai anak laki-laki, anaknya akan diambil untuk menggantikan posisi ayahnya di keluarga Tong. Lima belas tahun kemudian.
Tauke Muda yang sudah menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia, datang menjemput si Bujang dengan menjadikan berburu babi sebagai kamuflase. Ternyata, meski berumur 15 tahun, si Bujang seorang diri berhasil menunjukkan kemampuan alamiahnya. Ia membunuh raja babi hutan yang sangat besar, yang nyaris membunuh si Tauke Besar Keluarga Tong. Maka Agam mendapatkan sebutan kedua, yaitu si Babi Hutan.