Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Program Sociopreneur Dahlan Iskan

25 Juli 2014   07:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:17 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya berkunjung lagi ke grup medsos “Dahlan Iskan Presidenku” setelah dua bulan lebih “merantau” ke  medsos lain yang mendukung Jokowi. Saya melihat Top Covernya sudah berganti menjadi “Sociopreneur”. Saya memposting tulisan biasa yang berisi dukungan kepada Jokowi dan menghantam Prabowo. Tapi ada yang mengingatkan bahwa tulisan itu tidak cocok lagi dengan misi baru yang diemban oleh grup “Dahlan Iskan Presidenku”. Saya mencoba mencari tahu dari admin tentang apa yang dimaksud dengan sociopreneur. Tapi admin justru menjawabnya berupa postingan yang juga berisi sederet pertanyaan.

Dulu istilah yang populer adalah entrepreneurship, yang berarti manusia unggul,  manusia yang memiliki daya saing, yang memiliki semangat kewiraswastaan atau kewirausahaan. Tapi rupanya jiwa dan semangat  entrepreneurship tidak cukup jika hanya dimiliki oleh orang-orang secara individu. Sikap mental itu seharusnya dimiliki dan bersarang di hati kelompok-kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, muncul istilah “sociopreneur”.

Selama menjadi pejabat negara selama 5 tahun, Dahlan Iskan melihat ketertinggalan bangsa kita disebabkan oleh rendahnya semangat “sociopreneurship”. Sementara pada sisi lain, pemerintah sendiri ternyata abai dengan kondisi kehidupan masyarakat yang serba tertinggal dan memiliki mentalitas pasrah dengan ketertinggalan dan kemiskinan yang mendekap mereka.

Sewaktu menjadi Dirut PLN,  Dahlan sengaja menemui Tri Mumpuni, seorang motivator masyarakat miskin di desa-desa terpencil, melalui program pembangunan pembangkit listrik mikrohidro. Tri Mumpuni menjadikan program listrik mikrohidro sebagai instrumen untuk pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi, lingkungan,  kesehatan dan sebagainya. Tri Mumpuni telah melancarkan program ini di 60 dusun terpencil yang jauh dari jangkauan listrik PLN.

Dahlan Iskan sendiri melakukan program serupa melalui program pembangkit listrik tenaga surya di 100 pulau terpencil. Dahlan menggunakan istilah lampu sehen,  berupa alat penyimpan listrik yang bersumber dari panas matahari,  yang bisa menghasilkan listrik 60 watt  yang mampu hidup dari jam 6 sampai 12 tengah malam. Daya listrik 60 watt tersebut dapat dibagi menjadi beberapa lampu hemat enerji sehingga bisa menerangi ruang tamu,  kamar tidur dan dapur. Lampu sehen itu juga bersifat “mobil”, bisa diangkat-angkat dan dipindah. Jika ada acara kenduri atau selamatan, para tetangga membantu “sahibul hajat” dengan perangkat lampu sehen masing-masing,  sehingga rumah tempat kenduri menjadi terang benderang.

Dalam debat capres yang lalu,  Jokowi menceritakan kasus bagaimana masyarakat diberdayakan melalui kebersamaan. Dia mencontohkan peternak sapi,  yang sapi-sapi mereka dipelihara dalam kandang kolektif. Kotoran sapi dikumpulkan dalam satu tangki sehingga menghasilkan biogas yang dialirkan ke rumah-rumah pemilik sapi. Melalui cara kebersamaan itu, para peserta kandang kolektif bisa mendapatkan energi murah,  untuk memasak dan penerangan di malam hari. Tapi saya menduga yang dijelaskan Jokowi tersebut bersumber dari pidato pengukuhan Dahlan Iskan menjadi doktor kehormatan dari IAIN Semarang.

Dengan demikian,  agaknya yang dimaksud Dahlan Iskan dengan sociopreneur adalah pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kebersamaan. Program sociopreneur telah dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Mereka melancarkan program pemberdayaan masyarakat pada berbagai bidang. Ada yang fokus pada kesehatan masyarakat,  lingkungan hidup,  air bersih,  enerji,  dan pemberdayaan di bidang perekonomian.

Apabila Dahlan Iskan menjadi orang bebas, dalam pengertian tidak lagi menjadi menteri,  maka salah satu pilihannya adalah bergerak pada program pemberdayaan masyarakat, yang dia namakan sociopreneur. Kehadiran Dahlan Iskan akan menggairahkan kembali program pemberdayaan masyarakat secara nasional. Selama beberapa tahun terakhir, khususnya selama 10 tahun pemerintahan SBY, program pemberdayaan masyarakat tidak mendapatkan dukungan yang berarti dari pemerintah. SBY fokus pada program pemerintah melalui 30-an kementerian. Aibatnya LSM-LSM pemberdayaan masyarakat terpaksa mencari sponsor dari NGO-NGO luar negeri.

Program pemberdayaan masyarakat versi pemerintah cukup berhasil, tapi hanya pada kelompok-kelompok masyarakat yang  bermukim di sekitar jalan utama. Tetapi kelompok masyarakat yang bermukim jauh di pedalaman,  tidak tersentuh. Untuk mencapai lokasi pemukiman mereka, memerlukan beberapa jam jalan kaki, karena kenderaan bermotor tidak bisa lewat. Para pejabat tidak suka bersafari ke pedalaman yang jauh,  karena sepatu mereka bisa rusak dan berlumpur. Akibatnya rakyat di pedalaman tidak tersentuh pem-bangunan. Itu pula sebabnya, kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin menganga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun