Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus “Papa Minta Saham”, Yang Penting Rekaman Itu!

6 Desember 2015   20:05 Diperbarui: 6 Desember 2015   20:54 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah dua orang yang didengar keterangannya oleh Mahkamah Kehormatan DPR (MKD), yakni Sudirman Said (SS) dan Maroef Syamsuddin (MS). Ada yang sudah dipanggil tetapi mangkir hadir, yaitu Muhammad Riza Chalid (RC), pengusaha yang lebh dikenal sebagai rajanya mafia migas. Besok, Ketua DPR Setya Novanto (SN) selaku pihak teradu atau terlapor akan didengar keterangannya. Beredar spekulasi ia juga tidak akan hadir.

Bagi saya, keterangan para saksi dan pihak pengadu maupun teradu, tidak lagi penting. Soalnya, rekaman lengkap pembicaraan dalam pertemuan SN dan RC dengan MC sudah didengarkan dalam sidang terbuka MKD. Rekaman pembicaraan itu bahkan sudah ditranskrip.

Jadi tidak ada celah lagi bagi SN untuk berdusta dan berbohong.  Publik sudah mendengarkan pembicaraan mereka dan membaca transkripnya. Publik sudah mengambil kesimpulan, bahwa SN memang melakukan aksi “papa minta saham”. SN memang mencatut nama presiden dan wakil presiden untuk mendapatkan saham Freeport itu.

Bahkan lebih jauh lagi dalam rekaman itu terdengar percakapan yang dapat disimpulkan mereka (SN dan RC), tentunya bersaman gengnya, merencanakan kejahatan besar, yaitu hendak menjatuhkan Presiden Jokowi. Masalahnya Presiden Jokowi tidak bisa diatur-atur seperti presiden terdahulu. Ia dinilai terlalu keras kepala.

Percakapan dalam rekaman itu didominasi oleh RC. Ia adalah peng-usaha migas rekanan Petral yang mendapatkan komisi sangat besar dari bisnis pengadaan BBM selama 10 tahun SBY berkuasa. Tidak ada yang berani melawannya jika ingin selamat. Para menteri bidang enerji di era SBY adalah orang yang direkomendasikan RC. Petral yang menjadi cantolan bisnisnya sama sekali tidak boleh disentuh.

Untuk itu RC membagi-bagi sebagian komisi yang didapatkannya  dari bisnis pengadaan BBM. Konon keluarga Cikeas mendapatkan setengah dollar per barrel, sebagaimana ditulis oleh Christianto Wibisono dalam bukunya “Gurita Cikeas”. Jadi dari impor BBM 900 ribu barrel per hari, keluarga Cikeas mengantongi 450.000 USD, Selain itu keluarga Cikeas mendapatkan bonus berupa bisnis pengadaan BBM langsung 150 ribu barrel per hari (Asaaro Lahagu).  

Tentu saja yang kebagian tidak hanya keluarga Cikeas. Di sana ada pula Hatta Radjasa, Menko Perekonomian, Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM dan sebagainya. Semuanya tentu kebagian agar bergembira ria dan bersenang hati. Mantan Menteri di era Orba, Emil Salim pernah ditanya wartawan tentang mafia migas. Jawabnya tegas, mengenai mafia migas tanyakan saja kepada Hatta Radjasa, karena ia kawan dari RC.

Setelah gagal memenangkan Prabowo dalam Pilpres 2014, sehingga uangnya sebesar setengah triliun amblas, maka RC ingin mendekati Jokowi, syukur-syukur bisa menerimanya sebagaimana SBY mem-perlakukannya. Maka ia meminta kubu KMP melunakkan serangan kepada Jokowi.

Pada hal penguasa di KMP adalah ARB, Prabowo, Jaan Farids, Hatta Radjasa, dan Anies Matta yang semuanya pengusaha besar. Herannya semuanya mau mematuhi perintah RC. Itulah contoh kehebatan RC, karena kekayaannya berlipat-lipat dari yang dimiliki ARB dan Prabowo.

Ia juga pemurah dan baik hati. Tidak segan-segan mengucurkan uang bermilyar rupiah. Misalnya ia membiayai penerbitan dan pendis-tribusian Tabloit Obor Rakyat yang berisi fitnah kepada Jokowi pada Pilpres 2014. Ia juga yang menyediakan Rumah Polonia, yang menjadi markas besar pemenangan Prabow-Hatta Radjasa.

Tetapi ternyata Jokowi adalah orang lurus dan tidak mau mengikuti kemauan RC untuk berkongkalingkong. Bahkan SS, Menteri ESDM diperintahkan Jokowi untuk membubarkan Petral, anak perusahan Pertamina yang menjadi cantolan RC dalam mendapatkan komisi pengadaan BBM. Maka RC sangat jengkel dan marah kepada Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun