Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jas Merah, Jangan (Pernah) Melupakan Sejarah

22 Februari 2014   21:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada sebuah akronim  terkenal yang disampaikan Bung Karno dalam salah satu pidatonya pada tahun 1960-an, yaitu “Jas Merah”,  singkatan dari Jangan Melupakan Sejarah. Singkatan itu seringkali ditambah dengan kata “pernah” atau “sekali-kali”,  sehingga menjadi “Jangan Pernah Melupakan Sejarah” atau “ Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”.

Berpegang pada akronim di atas, pada Pilpres 2014 saya tidak mau memilih capres dari partai-partai pendukung rezim  Orde Lama (PDI-P) dan rezim Orde Baru (Golkar,  Demokrat, Hanura dan Gerindra).

Soekarno adalah Presiden RI pertama yang memimpin suatu rezim pemerintahan selama 22 tahun yang disebut rezim Orde Lama. Sedangkan Soeharto adalah presiden kedua RI yang berkuasa selama 32 tahun, sebagai pemimpin rezim Orde Baru.  Keduanya adalah presiden yang memerintah Indonesia secara otoriter. Keduanya menjadi diktator yang membabat habis setiap lawan politik dan menjadikan seluruh rakyat Indonesia kehilangan  setengah kemerdekaannya.

Parahnya lagi,  kedua rezim mengakhiri kekuasaan dengan meninggalkan Indonesia dan rakyat dalam kebangkrutan.  Kerusakan yang terjadi di dalam pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini merupakan warisan dari, baik rezim Orde Lama terlebih lagi Orde Baru.  Kedua rezim juga menyebabkan Indonesia  kehilangan waktu yang berharga selama 54 tahun,  yang menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura dalam meraih kemakmuran dan kemajuan.

Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah pula mempunyai presiden yang cacat karena matanya buta,  yaitu Presiden ARW. Tetapi pemerintahannya tidak efektif,  penuh gunjang-ganjing politik, sehingga pembangunan stagnan selama dua tahun masa pemerintahannya. Ia dituduh terlibat korupsi (bulogate II). Ia mengumumkan Dekrit Presiden yang membubarkan DPR/MPR. Tapi Dekrit Presiden tersebut diabaikan oleh TNI dan Polri. ia dimakzulkan dari jabatan presiden dalam SI MPR. Sampai berakhirnya Pemerintahan ARW,  ia didukung penuh oleh PKB.

Sejarah juga mencatat,  Indonesia pernah diperintah oleh seorang presiden perempuan,  yaitu Presiden MSP. Pemerintahannya ternyata juga tidak efektif. Banyak permasalahan di bidang ekonomi dan politik yang direspon sang presiden dengan hanya berdiam diri.  Salah satu dosanya adalah menyetujui penjualan gas dar lapangan gas Tangguh di Papua dengan harga murah yang berlaku tetap selama 30 tahun.  Pada hal sekarang harga gas sudah naik hampir 10 kali lipat.  Dia mencoba untuk meraih kembali jabatan RI-1  sebagai capres pada 2004 dan 2009,  tetapi gagal.  Pada 2014,  ia bisa jadi kembali menjadi capres yang diusung partainya,  PDI-P.

Sejarah juga mencatat, Wiranto,  SBY  dan Prabowo  adalah orang-orang yang mempunyai jabatan strategis di zaman Orde Baru. JK, ARB dan Surya Paloh  adalah pengusaha yang  dibesarkan oleh  Golkar, pendukung utama rezim Orde Baru.

Tentunya tidak hanya itu. Bagi saya menjadi  hal yang aneh dan tidak logis jika banyak orang cerdas dan terkenal   mengidolakan Prabowo Subianto dan ARB,  karena mereka mempunyai dosa sejarah.  Prabowo menjadi komandan dari operasi penculikan dan penghilangan aktifis pada tahun 1997/1998. Lebih dua puluh orang aktifis  sampai saat ini hilang dan tidak tentu rimbanya,  diyakini mereka tewas dibunuh. Ia dipecat dari TNI, lalu beralih profesi menjadi pengusaha dan sekarang politisi. Ia menjadi capres Partai Hanura.

Sedangkan ARB mempunyai dosa sejarah karena ia adalah pemilik PT. Lapindo,  perusahaan  yang menimbulkan bencana lumpur di Sidoarjo. Ribuan keluarga kehilangan rumah  dibenam oleh lumpur. ARB selaku pemilik Lapindo memang telah membayar ganti rugi,  namun pembayaran dilakukan setelah korban mengalami penderitaan panjang selama bertahun-tahun.

Seharusnya saya tidak memilih Partai Demokrat.  Tapi ada faktor Dahlan Iskan,  yang memerlukan kendaraan politik untuk menjadi capres. Saya akan memilih Dahlan Iskan karena ia adalah capres terbaik yang  pernah dimiliki Indonesia saat ini. Ia adalah capres yang kinerjanya telah memberi bukti bahwa ia bisa menjadikan Indonesia lebih makmur dan lebih maju. Sedangkan capres-capres  lainnya, baru bisa  obral janji. Karenanya, mau tidak mau saya harus ikut memilih caleg Partai Demokrat, dengan harapan kursi PD mencukupi untuk mengantarkan Dahlan Iskan menjadi Capres.

Meskipun berlatar belakang pendidikan agama, saya tidak mendukung capres partai-partai Islam. Kiprah partai-partai Islam  sudah sejak lama mengecewakan. Ideologi  Islam yang mereka usung tidak sejalan dengan  perilaku para pemimpinannya. Islam hanya dijadikan  alat untuk menarik masa Islam fanatik.

Saya menjadi semakin muak  dengan perilaku yang dipertontonkan pemimpin-pemimpin partai Islam. Belum lama kita disuguhi berita  persidangan  korupsi suap daging sapi yang dilakukan Presiden PKS (waktu itu),  yang mengantarkannya menjadi penghuni penjara selama 18 tahun. Terakhir kita disuguhi berita dicekalnya Ketua Umum Partai Bulan Bintang  oleh KPK.

Demikianlah sejarah berkata. Ada peribahasa mengajarkan, “Hanya keledai yang kejeblos dua kali di lubang yang sama”.  Artinya,  janganlah mau menjadi orang bodoh,  yang terantuk dan kejeblos karena mengulangi kesalahan yang sama. Janganlah memilih capres yang potensial membawa Indonesia ke dalam jurang perpecahan,  kembali ke zaman otoriter,  atau mengalami stagnasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun