Tidak terbilang Konprensi Internasional tentang Perdamaian dan Kerukunan antar Umat Beragama yang diikuti oleh Din Syamsudin selama menjabat Ketua Umum PP MUhammadiyah dan Ketua Umum MUI. Ia menjabat Ketum PP MUhammadiyah selama 2 periode, 10 tahun, dari 2005 sampai 2015. Pada setiap konprensi Internasional itu, Din berpidato, menyuarakan perlunya dialog antar umat beragama dan perlunya menciptakan kerukunan dan perdamaian. Din Syamsuddin diapresesiasi sebagai tokoh nasional yang beraliran moderat.
Saya mengenal Din Syamsudin sewaktu ia masih mahasiswa IAIN Jakarta semester satu. Ia berlatar belakang keluarga ormas Nahdhatul Ulama dari pihak ayahnya. Sewaktu nyantri di Pondok Pesantren Gontor, ia pernah menjadi ketua IPNU Pesantren Gontor. Akan tetapi sewaktu pindah ke Ciputat, ia tinggal bersama pamannya, Abdul Muis, seorang aktifis Muhammadiyah di Ciputat. Ia dibujuk pamannya untuk pindah aliran menjadi Muhammadiyah. Maka Din Syamsuddin mengikuti Masa Kasih Sayang (Makasa) IMM Ciputat. Seterusnya ia menjadi aktifis organisasi Muhammadiyah, dari tingkat cabang sampai tingkat pusat. Ia pernah menjadi Ketua Umum Pemuda PP Muhammadiyah. Salah satu kelebihan Din adalah naluri politiknya yang tajam.
Din Syamsudin naik daun menjadi orang penting, sewaktu Golkar diketuai oleh Harmoko. Ia ditunjuk Harmoko menjadi Ketua Litbang Golkar. Selanjutnya, pada masa gejolak reformasi, Theo Sambuaga yang waktu itu menjadi menjabat Menteri Tenaga Kerja, mengangkat Din Syamsudin menjadi salah seorang dirjen.
Setelah itu, Din Syamsudin kembali ke Muhammadiyah. Ia menjadi Waketua PP MUhammadyah para era kepemimpinan Ahmad Syafii Maarif. Dan akhirnya Din terpilih menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah setelah Ahmad Syafii Maarif tidak bersedia diangkat kembali untuk masa jabatan kedua. Selain aktif di Muhammadiyah, Din Syamsuddin juga aktif di MUI. Ia menjadi Sekjen sewaktu MUI dipimpin oleh KH Sahal Mahfud. Lalu, setelah KH Sahal meninggal, Din Syamsuddin menjadi Ketua Umum MUI. Setelah memimpn MUI satu periode, Din diangkat menjadi Ketua Dewan Pertimbangan MUI, sampai sekarang.
Pada saat kasus Ahok muncul, saya memperhatikan statemen-statemen Din Syamsudin. Ia termasuk tokoh yang memaafkan Ahok tetapi proses hukum harus tetap dijalankan. Semakin belakangan, Din semakin memperlihatkan sifatnya yang asli. Ia ikutan menjadi pembenci Ahok. Seperti dilaporkan Medsos Okezone, 9/11, ia menyatakan bahwa “Bukan hanya soal masalah di Pulau Seribu (tempat Ahok diduga melakukan penistaan agama), bukan hanya masalah ujaran kebencian. Ini masalah bangsa yang lebih luas,.”. Tapi Din tidak menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan masalah bangsa yang lebih luas itu
Terakhir, Habib Rizieq Shihab mengatakan bahwa Din Syamsuddin akan ikut serta dalam Demo besar 25/11. Din sendiri menyatakan bahwa umat Islam dari Jawa Barat yang akan ikut demo mencapai 5 juta orang. Tapi Din berpura-pura berbaik hati. Ia menganjurkan umat Islam Jawa Barat untuk membatalkan demo besar-besaran itu. Din Syamsudin menuturkan, ia menahannya karena saat ini yang dibutuhkan adalah untuk meluruskan keadaan.
Saya pikir, setelah tidak lagi menjadi pimpinan puncak ormas Muhammadiyah dan MUI, Din merasa kehilangan panggung. Maka aktualisasi dirinya adalah dengan menjadi pendukung umat yang membenci Ahok. Mungkin, jika Demo 25/11 berhasil mencapai sasarannya, Din akan tampil sebagai Pemimpin Islam Garis Keras baru, bahu membahu dengan Habib Rizieq dan Amien Rais. Bisa jadi ia akan menjadi Presiden RI hasil parlemen jalanan, menggantikan Presiden Jokowi.
Sekian dulu, salam kompasiana
M. Jaya Nasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H