Tiga kali aksi demo besar umat Islam anti Ahok telah berlangsung. Lalu siapa atau kelompok mana yang paling diuntungkan dengan aksi demo-demo besar itu? Ternyata bukan Fadli Zon atau Fahri Hamzah. Bukan pula SBY, Amien Rais dan Din Syamsudin. Yang paling diuntungkan adalah Habib Rizieq dengan FPI yang dipimpinnya, dan Bachtiar Nasir, ulama muda ahli tafsir yang sangat vokal. Duet ini berlindung di balik jubah MUI dengan organisasi baru yang mereka prakarsai dan langsung mereka pimpin, Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI (GNPF-MUI). Selain itu Bachtiar Nasir juga bernaung di balik jubah PP Muhammadiyah, sebagai anggota Majelis Tarjih.
Dengan keberhasilan menyelenggarakan aksi demo damai sebanyak 3 kali, maka Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir bisa menepuk dada. Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir boleh menyatakan bahwa ia mendapatkan dukungan dari jutaan umat Islam. Mereka boleh jadi merasa sangat perkasa dan mampu menggulingkan Presiden Jokowi. Dengan dukungan umat Islam, Habib Rizieq yakin dengan perjuangannya untuk mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan Syariat Islam akan berhasil.
Habib Rizieq adalah pemimpin Front Pembela Islam (FPI), organisasi yang didirikannya pada 1998. Ia keturunan Arab bergelar habib, tetapi merasa dirinya asli dan pribumi Indonesia. FPI mempunyai reputasi buruk, karena melakukan aksi-aksi kekerasan terhadap masyarakat yang mereka tuduh berbuat kemungkaran. Pembelaan Islam yang dimaknai Habib Rizieq adalah melakukan aksi kekerasan terhadap pelaku bisnis haram.
Habib Rizieq sendiri adalah seorang ulama antagonis karena suka berkata kasar dan vulgar serta menuding orang sebagai munafik dan kafir. Ia pernah mengatakan Presiden SBY sebagai pencundang, bukan negarawan. Habib Rizieq menyebut Presiden Jokowi dan Menteri Agama munafik, karenanya harus bertobat atau dilengserkan. Hal itu diucapkanya menanggapi adanya pembacaan ayat Al-Quran menggunakan langggam Jawa pada acara peringatan Isra' Mi'raj di istana negara yang dihadiri oleh Presiden RI Jokowi Dodo dan Mentari Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Pernyataan-pernyataan Bachtiar Nasir lebih berbahaya lagi, karena bersifat provokatif dan ada nuansa makarnya. Misalnya ia mengatakan “selangkah lagi Jokowi akan menjadikan Indonesia Negara kafir”. Dalam berbagai kesempatan Bachtiar Nasir selalu berbicara bahwa memilih pemimpin kafir adalah bentuk kekufuran. Lalu dalam sebuah tayangan video di internet, Bachtiar Nasir melakukan semacam “baiat” peserta pertemuan untuk mengucapkan bahwa pemimpin NKRI itu adalah ulama dan kita siap berjihad untuk para ulama. Secara tersirat tampak bahwa Bachtiar Nasir mengajak pengikut untuk tidak lagi mematuhi pemerintah yang sah, tetapi hanya mematuhi para ulama.
Kehebatan lain dari duet Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir adalah kemampuan mereka mengajak tokoh-tokoh Islam untuk mendukung aksi demo umat Islam yang mereka pimpin. Maka Din Syamsudin yang dulunya termasuk tokoh Islam moderat, menjadi pendukung aksi demo 212. Karenanya semua tokoh Islam yang ikut aksi demo berposisi sebagai tokoh yang diajak bukannya penggerak aksi demo. Kondisi itu semakin memperkuat posisi Habib Rizieq sebagai pemimpin umat Islam Indonesia yang harus didengarkan oleh para pemimpin manapun dan tokoh politik.
Menurut banyak media sosial di internet, Bachtiar Nasir sebenarnya adalah pemimpin aliran Wahabi di Indonesia. Wahabisme adalah sebuah gerakan keagamaan dari Islam. Gerakan ini dikembangkan oleh seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi. Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan dan mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang sesungguhnya berdasarkan Qur'an dan hadis. Aliran ini bersifat sangat radikal karena doktrin takfiri, yaitu mengkafirkan sesama muslim. Mereka menghalalkan darah sesama muslim yang berbeda pandangan dengan mereka. Wahabi menjadi besar berkat kerjasama milternya dengan keluarga Saud yang mendirikan kerajaan Arab Saudi.
Tuduhan bahwa Bachtiar Nasir adalah penganut aliran Wahabi didasarkan latar belakang pendidikannya dari Madinah University, Arab Saudi. Selain itu, Bachtiar Nasir adalah juga Ketua Alumni Saudi Arabia se-Indonesia. Kerajaan ini secara resmi menganut Wahabi, sebagai mazhab resmi Negara. Kerajaan Arab Saudi juga menyediakan dana yang cukup besar untuk kegiatan penyebaran paham Wahabi di seluruh dunia. Para juru dakwah paham Wahabi ini umumnya adalah tamatan perguruan tinggi di Arab Saudi. Bachtiar Nasir tidak pernah melakukan klarifikasi tuduhan bahwa ia adalah pengikut paham Wahabi.
Habib Rizieq juga dituduh sebagai penganut aliran Wahabi. Tetapi ia membantahnya. Ia mengaku justru sebagai penganut aliran ahlus sunnah wal jamaa (aswaja), dan karenanya ia adalahwarga Nahdhatul Ulama (NU).
Namun Habib juga punya latar belakang pendidikan universitas di Arab Saudi. Karenanya banyak orang yang percaya bahwa Habib Rizieq sebenarnya juga penganut aliran Wahabi. Kebiasaan Habib Rizieq mengkafirkan sesama muslim karena perbedaan pandangan, menjadi salah satu bukti bahwa ia seorang Wahabi.
Dalam kasus tuduhan bahwa Presiden Jokowi dan Menteri Agama munafik, dan orang munafik adalah kafir, Habib Riziek berpegang pada pendapat Syaikh Ali Bashar dari Arab Saudi yang tentunya bermazhab Wahabi. Sedangkan ulama Al Azhar (Mesir) setelah diperlihatkan video Qur'an dengan langgam Jawa justru memberikan pujian kepadanya. Para ulama al Azhar lainnya memperbolehkan.