Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beranikah Amien Rais Menyerang Megawati yang Mengusung Ahok?

21 September 2016   06:08 Diperbarui: 21 September 2016   11:35 6289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadi malam (20/9/2016), PDIP secara resmi mengusung pasangan incumbent Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saeful Hidayat dalam Pilgub DKI 2017. Lalu bagaimana tanggapan Amien Rais terhadap keputusan PDIP itu? Beranikah Amien Rais menyerang Megawati dengan kata-katana yang kasar dan tajam, yang menjadi ciri khasnya.

Ketua Dewan Penasehat Partai Amanat Nasional (PAN) terkenal dengan sumpah serapahnya. Mulutnya tajam dan kata-katanya sadis. Hal itu sudah dilakukan AR sejak Pilpres 2014 untuk menghantam Jokowi. Salah satu serangan AR terhadap Jokowi waktu itu “sebagai capres yang cekak pengalaman, walikota Solo yang tidak begitu sukses dan Gubernur DKI yang tidak bsa berbuat apa-apa”.  Tapi Pilpres itu ternyata dimenangkan Jokowi. Sedangkan pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa yang didukung AR justru mengalami kekalahan. 

Saking tajamnya lidah AR dalam menyerang Jokowi, Gubernur Yogya yang juga sekaligus raja  Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X sempat menyentil dan menasehati AR. Akan tetapi AR tidak mau mendengarkan. Ia bahkan meningkatkan serangannya kepada Jokowi dengan menggunakan istilah-istilah agama, mengibaratkan dengan perang badar yang dimenangkan pasukan Islam. Jadi Jokowi dan pendukungnya adalah pasukan kafir yang kalah perang dalam perang badar tersebut.

Selama beberapa waktu setelah Prabowo dan Hatta Radjasa kalah dalam Pilpres 2014, AR istirahat panjang. Tidak terdengar suaranya lagi. Ia diam mungkin karena utang nazar yang tidak mampu dipenuhinya, karena sudah  semakin sepuh. Ia pernah bernazar akan berjalan kaki dari Solo ke Jakarta jika Jokowi yang memenangkan Pilpres. Apalagi PAN dengan ketua umum baru, Zulkifli Hasan, mulai mendekat kepada Pemerintah dan menyatakan menjadi partai pendukung pemerintah.

Amien Rais kembali bangun dari tidurnya dan langsung bersuara garang. Ia merasa harus turun gunung  melawan Ahok, pasangan Jokowi pada Pilgub 2012. Kelihatannya dendam kesumatnya kepada Jokowi hendak dibalaskannya pada Ahok. Meskipun secara administratif AR bukan orang yang berhak memilih di Jakarta, tapi AR merasa dirinya adalah tokoh nasional yang bisa hadir di mana saja.   Maka publik kembali  mendengarkan kata-kata tajam dan sadis yang menjadi ciri khas AR. Misalnya AR menyebut Ahok sebagai dajal, Pada hal dajal dalam pengertian Islam adalah sejahat-jahat makhluk dan suka pembawa fitnah.

Meskipun tidak lagi menjadi Ketum PAN, namun AR masih berlagak paling berkuasa di PAN. Ia mengancam akan menyelenggarakan muktamar luar biasa untuk  melengserkan Zulkifli Hasan jika berani mengusung Ahok. Pada hal Zulkifli Hasan adalah besan dari AR sendiri, karena anaknya Ahmad Mumtaz Rais  menikahi puteri pertama Zulkifli Hasan, Futri Zulya Safitri.

Akan tetapi rupanya tidak ada lagi yang peduli dengan sumpah serapah AR. Semua orang sudah paham tentang AR yang mulutnya penuh dengan sumpah serapah, kata kasar  dan tajam.  Buktinya, Megawati selaku Ketum PDIP memutuskan mengusung Ahok  dalam Pilkada DKI 2017.

Jadi yang ingin saya dengarkan adalah sumpah serapah AR kepada Megawati. Beranikah AR menyerang Megawati yang berani-beraninya mengusung Ahok. Mungkin juga ia harus cepat-cepat kembali ke  rumahnya di Yogya, untuk ngumpet dan kembali tidur panjang. Mungkin ia harus menunggu cukup lama sampai 2019. Entah siapa nanti yang akan ia serang dengan mulutnya yang tajam itu. Mungkin ia akan berhadapan kembali dengan Jokowi yang maju kembali menjadi capres.

Masalahnya masihkah AR cukup kuat  dan punya stamina yang cukup untuk melakoni perannya sebagai tukang sumpah serapah, karena usianya sudah mendekati 80 tahun.

Sekian dan Salam

M. Jaya Nasti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun