Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Masih Belum Tahu Bedanya Nasi Padang dengan Nasi Kapau?

7 April 2017   10:09 Diperbarui: 8 April 2017   21:00 10497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Warga keturunan Minang apalagi  yang dilahirkan di rantau, umumnya tidak mampu menjelaskan perbedaan Nasi Padang dengan Nasi Kapau. Masalahnya, perbedaan nasi padang dengan nasi kapau sedikit saja.  Menu nasi padang biasanya standar, nasi ditambah sepotong lauk dan sayuran seperlunya dan kuah. Sedangkan nasi kapau selain nasi dan lauk yang dipesan, akan ditambahkan dengan gulai sayur gulai nangka yang dikombinasi dengan kacang panjang serta beberapa potongan lauk yang terlalu kecil untuk dijual. 

Hal lain membedakan adalah pilihan menu yang tersedia biasanya komplit, Yang istimewa antara lain gulai babat, gulai tambusu (usus) yang didalamnya diisi dengan kombinasi telur, tahu dan bumbu-bumbu, rendang ayam, dan dendeng batokok.

Harga sebungkus nasi  Padang jauh beda dengan nasi Kapau. Nasi Padang di rumah-rumah makan padang berkisar antara Rp 13.000 sampai Rp 20.000. Sedangkan nasi kapau di jalan kramat raya, Senen, dihargai Rp 40-50.000.

Perbedaan lain Nasi Padang dan Nasi Kapau terletak pada sejarahnya. Nasi Padang adalah masakan Sumatera yang diklaim oleh orang-orang Minang dengan sebutan Nasi Padang. Jadi nasi padang diperkirakan sudah ada sejak orang Padang mulai merantau ke seluruh negeri, dan menjadikan rumah makan masakan Padang sebagai cara mencari nafkah.

Sedangkan Nasi Kapau berawal dari sebuah los di pasar bawah, Bukittinggi, di mana perempuan-perempuan dari Nagari Kapau berjualan nasi pada bangku-bangku sederhana. Nagari Kapau termasuk kecamat Tilatang Kamang, sekitar 4 km di luar kota Bukittinggi.

Pada 1950an, Pasar Bukitinggi ramai pada hari pekan Sabtu dan Rabu.   Pada hari pekan itu, para pedagang berdatangan dari berbagai kota di Sumatera Barat bahkan Riau untuk membeli barang dagangan.  Pada siang hari, mereka mampir ke los nasi kapau, untuk makan sepuasnya. Untuk memuaskan pelanggan, para pedagang nasi kapau secara kreatif membuat aneka menu yang special, yang membedakannya dari rumah makan padang biasa.

Kenikmatan makan di rumah makan nasi kapau menjadikan kota bukittinggi semakin sempit.   Pada tahun 1960-an, muncul rumah makan nasi Kapau di berbagai kota besar, seperti Padang, Medan dan marambah ke Jakarta, yang berpusat di jalan Kramat Raya, Senen. Semuanya berebut menyebut dagangan sebagai nasi kapau asli, lalu ada lagi memberi nama sabana Kapau, dan seterusnya.

Kemasyhuran Nasi Kapau menjadikannya banyak didompleng dengan menyebutkan Nasi Kapau sebagai nama rumah makan. Oleh sebab itu, kita perlu berhati-hati. Nasi Kapau asli biasanya dikelola oleh ibu-ibu dari Nagari Kapau, atau nagari yang berdekatan. Misalnya di Bogor ada rumah makan nasi kapau, pemiliknya berasal dari nagari Magek, yang berjarak 5 km dari Nagari Kapau. Rasa Nasi Kapaunya masih ada, meskipun menunya terbatas.

Sekian, salam Kompasiana

M. Jaya Nasti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun