Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memperbarui Niat Menulis di Kompasiana

2 Februari 2016   11:28 Diperbarui: 2 Februari 2016   11:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Satu hal yang menggembirakan setiap  penulis adalah tulisan dan artikelnya dibaca oleh banyak orang. Dengan demikian, ide, pikiran dan wacana yang digagasnya tersebar luas dan menjadi pengetahuan banyak orang yang sempat membacanya.

Tadi malam saya merasakan kebahagiaan itu. Ternyata tulisan-tulisan yang saya kirim ke Kompasiana sering pula dikutip oleh media sosial lain. Tentunya yang membaca artikel itu bertambah banyaknya. Saya baru mengetahuinya setelah iseng-iseng membuka google dan menuliskan nama saya untuk dicari. Hasilnya,  selain berisi informasi profil diri yang tertulis di facebook dan kompasiana, ternyata terdapat sejumlah tulisan saya yang dikutip media sosial lain.

Misalnya media online PiyunganOnline mengutip utuh tulisan saya di Kompasiana yang berjudul “Kenapa Ahok Diminta Pindah Agama?”. Media online Manado (idmanado.co) memuat tulisan saya di Kompasiana dengan judul “Politik Bermuka Dua SBY”. Lalu media online lautanopini.co mengutip utuh tulisan saya yang berjudul “BP Migas Bubar, Benarkah Rakyat Memperoleh Kemenangan?”. Media online  indoleader.com mengutip utuh tulisan saya berjudul “Jokowi Harus Keluar dari PDIP”. Selanjutnya beritaintrik.com mengutip utuh tulisan saya yang berjudul : “Program Kesejahteraan Sosial Presiden Jokowi”. Sedangkan media konfrontasi.com mengutip tulisan saya secara utuh, tetapi judulnya mungkin dimodifikasi menjadi “Petral Bubar, Mafia Masuk ISC Pertamina? Reaksi SBY”. Sedangkan media online mengutip “DIlema Ahok dalam Melawan Koruptor”. Selain itu masih ada sejumlah tulisan saya yang dikutip berbagai media online yang bersumber dari tulisan saya di Kompasiana.

Selanjutnya,  ada juga tulisan-tulisan saya yang dikutip dari Facebook, karena saya mengirim tulisan yang sama ke Kompasiana dan ke Facebook pada grup Jokowi Presidenku. Saya melihat tulisan saya berjudul “Melawan dengan Diam” dikutip oleh blog-suara-kami.co.id. Lalu ada pula tulisan saya berjudul “ZIS sebagai Instrumen Pengentasan Kemiskinan” yang dikutip oleh www.pelita.or.id.   Selain itu, pada awal 2014 banyak tulisan yang saya kirim ke Facebook, grup “Dahlan Iskan Presidenku”. Pihak admin ternyata mengeditnya menjadi kumpulan tulisan dengan judul “Terobosan Dahlan Iskan”, berisi 9 artikel.   

Yang mengagetkan saya, pagi hari saya menemukan di HP saya sebuah artikel dengan judul “Kontrak Ijarah Mumtahiyyah bit Tamlik” oleh Prof Dr. Jaih Mubarok. Bagian itu merupakan merupakan pengantar sebuah buku mengenai sistem perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah.  Rupanya saya lupa mematikan HP, sehingga  mesin search pada google masih terus bekerja mencari artikel yang nama saya tercantum di dalamnya. Pada artikel itu saya menemukan nama saya pada catatan kaki, sebagai editor buku “Pendirian Lembaga Keuangan Syariah di Pondok Pesantren”.

Maka pagi ini saya berpikir ulang tentang niat (nawaitu) menulis di blog kroyokan Kompasiana. Jadi menulis di kompasiana sebaiknya bukanlah hanya sekedar hobi. Menulis di Kompasiana seharuslah pula diniatkan sebagai  perbuatan untuk menyebar-luaskan ide dan pengetahuan yang berguna kepada publik. Saya jadi teringat sebuah hadist terkenal menjelaskan bahwa ada amal yang bekerja terus memberikan imbalan pahala, meskipun orang itu sudah mati, yaitu (1) amal jariyah (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) doa dari anak yang saleh.

Kita menulis di Kompasiana tanpa mengharapkan imbalan uang. Tetapi Tuhan tidak pernah melupakan hambanya yang baik. Tulisan-tulisan kita yang dimuat  di Kompasiana, jika menjadi ilmu yang  bermanfaat dan mencerahkan bagi pembacanya, akan menjadi salah satu amalan yang pahalanya tidak berhenti mengalir, meski kita sudah meninggal dunia.©

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun