Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makan Bajamba Ala Minang Kayo

26 Oktober 2015   13:35 Diperbarui: 26 Oktober 2015   18:54 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-------------    

Sebagai orang Minang asli, saya mempunyai pengalaman makan bajamba di kampung halaman saya di dekat Bukittinggi. Di kampung saya, acara makan bajamba biasanya digelar pada acara perkawinan dan pada acara baralek (pesta) besar mengangkat penghulu (datuk). Makan bajamba menggunakan  piring keramik besar buatan Cina. Satu piring untuk makan bersama maksimal 6 orang. Jadi satu kelompok makan bajamba akan duduk lesehan mengelilingi piring besar itu. Jadi, jika tamunya seratus orang, tinggal dibagi enam, menjadi 17 kelompok makan.

Acara makan bajamba biasanya disiapkan untuk orang sekampung yang diundang dengan cara didatangi. Orang sekampung itu termasuk kenalan dan karib kerabat dari “shahibul Hajat”.  Mereka didatangi satu persatu, dengan membawa carano berisi kapur dan sirih serta rokok yang ditawarkan untuk kepada yang diundang.

Sedangkan makan tidak bajamba  biasanya diadakan untuk para tamu dari luar yang mendapat surat undangan. Acara itu diadakah terpisah sehari sesudah pesta dengan cara makan bajamba.

Dalam acara makan bajamba, para tamu akan makan dengan tangan bukan memakai sendok garpu. Etika makan bajamba, setiap orang harus mengerti “wilayah nasi” yang menjadi bagiannya, dan tangannya tidak boleh nylonong ke wilayah orang lain.

Makan bajamba dimulai setelah acara pasambahan (persembahan) selesai. Acara pasambahan adalah percakapan antara pihak shabibul hajat yang disebut si pangka atau si pokok, dengan pihak yang diundang. Dalam pasambahan itu digunakan bahasa Minang tingkat tinggi yang penuh dengan petatah petitih, sampai kepada kedua pihak sepakat untuk memulai makan.

Pada acara makan bajamba itu, piring-piring keramik cina besar itu diantarkan kepada setiap kelompok. Di dalamnya sudah berisi nasi secukupnya untuk dimakan oleh enam orang. Lauk pauk berupa makanan asli Minang atau bahkan asli daerah setempat ditempatkan dalam piring-piring di samping  piring jamba itu. Lalu salah seorang menuangkan sejumlah menu masakan ke dalam piring jamba, dan makan bajamba dimulai.

Menu utama untuk makan bajamba dan juga yang bukan bajamba sama, yaitu gulai kambing yang memang dimasak dengan banyak rempah-rempah. Lalu ada gulai kurma yang rasanya mirip gulai opor tetapi dengan bumbu rempah yang lebih banyak. Ada pula pangek ikan yang dimasak agak kering.

Yang tidak ketinggalan adalah gulai nangka dengan bumbu rempah gulai kambing.  Selain itu ada menu tambahan seperti kerupuk balado yang dipotong panjang-panjang. Makanan penutup biasanya berupa lamang tapai, pinyaram (sejenis gorengan) dan   pisang gadang (ambon).

Khusus di Luhak Tanah Datar (Batusangkar), menu yang tidak boleh ketinggalan adalah rendang belut yang dimasak dengan 40 jenis daun rempah. Rendang itu dimasak sampai berwarna hitam, namun dengan cita rasa khas rendang yang sangat enak. Sedangkan di luhak Agam (Bukittinggi) dan Limapuluh Kota (Payakumbuh), biasanya dihidangkan pula rendang daging.

Demikianlah kegiatan saya tadi malam,  makan bajamba ala MinangKayo. Acara tadi malam mengingatkan saya dengan makan bajamba di  kampung halaman di Sumatera Barat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun