Fahri Hamzah mungkin harus menjilat ludahnya kembali. Ia seharusnya menyesal telah bilang bahwa Jokowi tidak punya visi dan misi (untuk membangun Indonesia) dan tidak punya tampang jadi presiden.
Memang para wartawan mendesak Jokowi untuk menjelaskan visi dan misinya jika terpilih menjadi presiden. Tapi Jokowi selalu bilang, nanti pada waktunya akan dijelaskan. Pada kesempatan lain ia mengatakan akan menjelaskan visi dan misinya, satu per satu setiap minggu, agar tidak curi pihak lain.
Mungkin karena terus menerus didesak, Jokowi membukakan sedikit tentang visi dan misinya. Katanya, visi besarnya adalah melakukan revolusi mental, dari sikap mental negatif menuju sikap mental positif. Hanya dengan melakukan revolusi mental, bangsa Indonesia bisa meraih kemajuan dan kemakmuran.
Penjelasan Jokowi tersebut sebenarnya adalah istilah lain dari yang disebutkan Bung Karno sebagai “national character building”. Menurut Bung Karno, untuk menjadi bangsa yang besar, adil dan makmur, bangsa Indonesia harus membangun karakternya. Untuk itu bangsa Indonesia harus melakukan perubahan sikap mental.
Dahulu Bung Karno berkali-kali mengutip sebuah ayat dari al-Quran, surat ar-Ra’du ayat 11 yang oleh Bung Karno diterjemahkan “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu bangsa kecuali bangsa itu sendiri yang harus merubahnya”. Perubahan pertama yang harus dilakukan adalah merubah karakter, merubah sikap dan perilaku bangsa Indonesia agar siap melakukan perubahan itu.
Selanjutnya, dalam pertemuan dengan pemred media besar, Jokowi mempertanyakan, mengapa pemerintah malu-malu untuk menyatakan Indonesia sebagai negara agraris, sekaligus negara kelautan. Akibatnya, kita tidak fokus dan tidak terarah. Pada hal 60% rakyat Indonesia masih menggantungkan nafkah pada usaha pertanian. Pada hal Indonesia mempunyai potensi kekayaan dari sumberdaya kelautan yang luar biasa besar. Apabila ditangani secara sungguh-sungguh, setiap tahunnya, sektor kelautan bisa mendatangkan pemasukan empat kali lipat dari APBN.
Lalu kepada wartawan Jokowi bercerita tentang proyek pribadinya, yaitu budidaya tanaman dengan teknologi hidroponik bersama penduduk di sekitar waduk. Jokowi bilang, rakyat yang tidak mempunyai lahan, masih bisa mendapatkan pemasukan tambahan dari pemanfaatan lahan sempit, dengan melakukan budidaya tanaman secara hidroponik.
Pada Minggu kemarin (27/04/2014), Jokowi blusukan ke sawah-sawah petani di Kabupaten Bogor. Ia berdialog dengan petani mengenai berbagai hal, seperti bibit, pupuk, pengairan, dan pemasaran. Seusai blusukan, Jokowi membukakan sekilas visi dan misinya dalam pembangunan pertanian. Jokowi menyebutkan betapa pentingnya ketahanan pangan bagi rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, ia sudah menyiapkan 6 kebijakan yang terkait dengan pembangunan sektor pertanian.
Pertama, menghentikan kegiatan konversi lahan pertanian untuk keperluan lain, seperti kawasan industri, perkantoran dan sebagainya. Jika dibiarkan, maka lahan pertanian akan semakin habis, dan usaha swasembada beras akan gagal. Lahan pertanian tidak hanya sawah tapi ladang padi hutan sagu kebun ubi-ubian, lahan sayuran,
Kedua, memberikan pendampingan kepada petani. Para petani dibimbing agar mampu menerapkan teknologi pertanian dengan baik. Para petani perlu diarahkan agar tidak lagi menggunakan bibit impor atau pupuk kimia. Sebisa mungkin menggunakan pupuk organik dan benih sendiri.
Ketiga, membenahi infrastruktur pertanian dari bendungan sampai saluran tersier. Kondisinya sudah banyak rusak sehingga pada musim kemarau air tidak sampai ke sawah. Bendungan baru juga harus dibangun,
Kempat, menjaga kualitas air bagi pertanian agar jangan sampai dicemari limbah industri yang akan mengurangi kesuburan tanah.
Kelima, memangkas mata rantai pemasaran hasil pertanian, agar memberikan keuntungan yang maksimal kepada petani. Selain itu teknlogi pasca panen juga harus diperkenalkan agar lebih efisien.
Keenam, akses kepada sumber permodalan. Petani pada umumnya kekurangan modal. Tetapi petani tidak bisa dilayani oleh bank-bank yang ada. Untuk itu, Pemerintah nanti akan mendirikan Bank Pertanian yang khusus memberikan pelayanan hanya kepada petani.
Program aksi bidang ketahanan pangan yang dijelaskan Jokowi tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda dengan yang diprogramkan oleh Pemerintah saat ini. Yang berbeda adalah pemahamannya tentang masalah yang dihadapi para petani secara komprehensif dan keberpihakannya kepada petani. Jika dua program aksi terakhir (penataan matarantai pemasaran dan bank pertanian) benar-benar terlaksana, maka kehidupan petani yang merupakan 60% rakyat Indonesia tentunya akan menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
Ciawi 28 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H