Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Jokowi Setelah Jadi Presiden

6 Januari 2015   19:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:42 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gaya politik yang dianut Jokowi adalah kesederhanaan dan kerendahan hati, tidak dibungkus dan dipoles supaya kelihatan hebat dan lebih meyakinkan. Ia menampilkan gaya rakyat kecil pada umumnya, duduk di pematang sawah,  masuk ke genangan lumpur Banjarnegara, ngobrol dengan nelayan di atas perahu dan sebagainya.

Dengan cara itu pula ia menundukkan lawan-lawan politik. Ia mendatangi langsung Prabowo, yang tidak mengakui kekalahannya, dan menggugatnya ke MK. Ia mendatang Aburizal Bakrie dan makan siang bersama. Jokowi mengambil inisiatif menghilangkan kebuntuan komunikasi dengan mendatangi para pemimpin politik satu per satu. Dengan melakukan safari politik, Jokowi sebenarnya mengalah untuk menang. Setelah dua pertemuan bersejarah itu,  keriuhan di DPR mulai reda. Bahkan Prabowo hadir dalam upacara pelantikan Jokowi-Jk di sidang umum MPR.

Kelebihan lain Jokowi adalah kemampuan dan staminanya untuk bergerak cepat. Meskipun kurus, ia tidak kenal lelah dan punya stamina tinggi. Dua setengah bulan menjadi presiden,  Jokowi telah mela-kukan blusukan dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia. Ia hadir di Sinabung untuk kedua kalinya, memberikan bantuan dan solusi bagi korban bencana gunung berapi. Ia hadir di Banjarnegara yang terkena bencana tanah longsor. Ia naik pesawat terbang terbang rendah di lokasi jatuhnya pesawat Airasia di Selat Karimata dan menemui Basarnas untuk memantapkan kewenangannya dan para keluarga korban di Bandara Juanda Surabaya.

Ia menghadiri acara Natal umat kristiani Papua di Sorong dan Jayapura. Ia menyampaikan pidato yang membesarkan hati rakyat Papua. Ia mengucapkan kata-kata yang tidak pernah diucapkan presiden sebelumnya tentang masalah sesungguhnya yang dihadapi Papua. Bahkan ia menjanjikan akan datang ke Papua minimal 3 kali dalam setahun.

Jokowi telah membuktikan bahwa ia memiliki kapasitas yang mumpuni dan kompetensi tinggi sebagai pemimpin bagi 250 juta rakyat. Ia memiliki keberanian mengalihkan subsidi BBM yang konsumtif untuk memungkinkan Pemerintah memiliki ruang fiskal yang cukup untuk membangun infrastruktur ekonomi dan membantu rakyat miskin.

Ia hadir di KTT APEC di Beijing, forum KTT ASEAN di Myanmar serta Forum G-20 di Australia. Ia juga berpidato dengan bahasa Inggeris di forum pengusaha Asia Pasific. Ia mendapat pujian dan apresiasi tinggi dari para kepala Negara.

Jokowi membuat kebijakan untuk menalangi Lapindo sebesar Rp 780 milyar agar bisa membayar ganti rugi kepada rakyat korban lumpur di Sidoarjo. Dengan kebijakan itu, dua masalah terselesaikan. Pertama ganti rugi kepada korban lumpur yang sudah 8 tahun terkatung-katung. Kedua, mengurangi lawan politik di DPR,  karena Lapindo adalah milik ARB, Ketum Golkar versi Bali.

Ia memiliki keberanian untuk memerangi berbagai mafia yang menggerogoti perekonomian Indonesia,  sejak dari mafia migas, mafia ikan, mafia gula,  mafia garam sampai mafia penerbangan. Tentunya semua dilakukan secara sistematis dan step by step. Melalui Menteri ESDM ia membentuk komite anti mafia migas. Melalui Jaksa Agung ia membentuk satgas anti korupsi, dan menangkap para pejabat yang terindikasi terlibat korupsi.

Kebijakan pemerintah yang akan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan cukup menakutkan pelaku illegal fishing dari berbagai Negara tetangga. Akibatnya industri perikanan di Negara-negara tetangga tersebut merosot tajam karena tidak bisa lagi mencuri ikan dari wilayah laut Indonesia.

Jokowi juga tidak ragu untuk segera melakukan eksekusi para terpidana mati yang sudah bertahun-tahun di biarkan di penjara. Pelaksanaan hukuman mati memang tertunda sejenak karena para terpidana mati buru-buru memanfaatkan upaya hukum terakhir berupa PK yang bisa diajukan berulang kali.

Jadi, benarlah apa yang diucapkan Menko Per-ekonomian, Sofyan Djalil,  bekerja selama dua bulan dengan Jokowi seperti sudah bekerja selama dua tahun. Dalam waktu yang relatif sangat singkat banyak sekali yang sudah dikerjakan. Jokowi seperti berlari mengejar waktu. Ia menjadikan wapres JK para menterinya ikut berlari dengan nafas tersengal-sengal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun