Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Takdir Jokowi Menjadi Presiden

8 Januari 2015   19:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:32 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN benar sewaktu ia menyatakan bahwa untuk menjadi presiden, faktor yang paling dominan adalah takdir Tuhan. Itulah yang terjadi pada 1999,  sewaktu KH. Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal sebagai Gur Dur, seorang ulama yang sangat liberal, mantan Ketua Umum PBNU dan partainya PKB hanya mempunyai kursi 5% saja di DPR, tiba-tiba terpilih menjadi presiden. Takdir Tuhan jatuh pada dirinya dan jadilah ia menjadi Presiden RI keempat.

Demikian pula yang terjadi pada Jokowi. Sampai pertengahan tahun 2012,  Jokowi masih menjadi Walikota Solo, sebuah kota ukuran sedang di Jawa Tengah. Tapi karir Jokowi melejit cepat. Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil meme-nangkanPilkada Jakarta 2012,Ia terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta mengalahkan Fauzi Bowo sebagai calon petahana dan juga berdarah Betawi serta didukung oleh seluruh parpol kecuali PDI-P dan Gerindra. Hanya dua tahun menjadi Gubernur,  Tuhan menakdirkannya menjadi presiden. Pada 9 Juli 2014, Jokowi memenangkan Pilpres 2014, dan dilantik menjadi Presiden RI ke-7 pada 20 Oktober 2014.

Pada hal Jokowi mendapatkan lawan yang sangat hebat. Ia harus menghadapi Prabowo, mantan Pangkostrad sekaligus mantan menantu Presiden Soeharto dan anak begawan Ekonomi Indonesia yang berkali-kali menjabat sebagai menteri. Prabowo juga adalah pengusaha konglomerat yang memiliki puluhan perusahaan dan memiliki aset lahan perkebunan dan pertambangan  yang tersebar dari Aceh sampai Papua.

Banyak orang yang sudah berjuang sekuat tenaga dengan mengerahkan semua sumberdaya yang dimiliki untuk menjadi presiden, tapi karena ia tidak ditakdirkan Tuhan untuk menjadi presiden, maka ia gagal, seperti Prabowo dan  Aburizal Bakrie.

Contoh lain adalah Amien Rais yang menjadi  utama reformasi pada 1998 dan  dalam pelengseran Presiden Soeharto. Ia sudah ditawarkan oleh para “king makers” pada 1999 untuk menjadi presiden menggantikan Habibie yang ditolak pertanggung jawabannya oleh MPR. Kalau saja ia menerima tawaran itu, maka jadilah ia menjadi presiden menggantikan Habibie.  Tapi ia menolak tawaran itu, dan akhirnya terpilihlah KH. Abdurrahman Wahid menjadi presiden. Pada 2004,  Amien Rais mencoba peruntungan  ikut Pilpres berpasangan dengan Siswono Yudohusodo,  dan kalah.

Megawati pernah menjadi presiden selama 3 tahun dari 2001 sampai 2004. Ia menggantikan Gus Dur yang terkena pemakzulan. Ia ingin lagi menjabat untuk kedua kalinya dan ikut Pilpres 2004 sebagai capres petahana. Tapi ia gagal. Tidak puas, tahun 2009 Megawati ikut lagi menjadi capres, namun ia tetap gagal. Rupanya takdir Tuhan bagi dirinya untuk menjadi presiden hanya sekali saja. Takdir Tuhan justru mampir kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang buru-buru menyiapkan Partai Demokrat  untuk mendukungnya pada  Pilpres 2004. Meskipun ia mempunyai banyak kelemahan sebagap pemimpin,  dan yang menonjol justru Wakil Presiden Jusuf Kalla, ia kembali dipilih rakyat pada Pilpres 2009.

Ajaran Islam mewajibkan setiap muslim mempercayai takdir sebagai rukun iman yang keenam. Kita harus percaya bahwa  Tuhan memilih seseorang mendapatkan kekuasaan jika ia meng-hendakinya (QS/2:247). Sebelumnya, kita juga tidak tahu siapa yang ditakdirkan Tuhan menjadi presiden. Tentu saja Tuhan tidak begitu saja menakdirkan seseorang menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat. Ada situasi dan suasana yang terbentuk sebelumnya, yang menjadikan seseorang ditakdirkan Tuhan menjadi pemimpin.

Soeharto terpilih menjadi presiden setelah rakyat muak dengan Soekarno yang memerintah secara otoriter selama 7 tahun terakhir kekuasaannya. Ia adalah jenderal yang memimpin penumpasan PKI dan menyelamatkan Pancasila. Gus Dur terpilih menjadi presiden di tengah kemelut kekuasaan setelah MPR menolak pertanggung jawaban Habibie dan Amien Rais menolak tawaran yang diberikan kepadanya selaku tokoh utama reformasi pada waktu itu. SBY terpilih menjadi presiden mengalahkan Megawati yang kepemimpinannya tidak memuaskan sebagian besar rakyat. Ia menggunakan strategi diam adalah emas, meskipun rakyat menghendaki presidennya berbicara pada saat masalah pelik sedang dihadapi bangsa.

Lalu kondisi apa yang mengantarkan Jokowi mendapatkan takdir untuk menjadi presiden. Jokowi terpilih karena rakyat sudah bosan dan muak dengan suasana elitisme yang menjangkiti kepemimpinan SBY. Rakyat juga marah karena semakin maraknya korupsi oleh para elit partai politik yang berkuasa.

Rakyat menemukan kepemimpinan yang beda pada Jokowi,  yaitu gaya kepemimpinan  yang sangat merakyat, dan sangat sederhana. Ia juga berpakaian sebagaimana rakyat pada umumnya. Sejak dari Solo sebagai walikota sampai ia menjadi gubernur Jakarta, ia memperkenalkan kepemimpinan merakyat melalui kegiatan blusukan.

Jokowi menggunakan strategi blusukan untuk mendengarkan langsung suara rakyat. Dengan blusukan ia memahami masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi dengan cepat. Ia dikenal pula sebagai pemimpin yang efektif dengan sederet keberhasilan. Meskipun baru satu setengah tahun menjadi gubernur, ia telah atau sedang melakukan banyak program pembenahan Jakarta, yang sebelumnya gagal atau bahkan   tidak mendapatkan perhatian sama sekali oleh 5 gubernur sebelumnya. Misalnya Jokowi membagun 1000 tower rusunawa bertingkat untuk rakyat miskin yang di emperan kali dan pemukiman kumuh. Ia menjadi pribadi yang dikenal seluruh rakyat Indonesia karena ia menjadi gubernur Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan.

Dengan kondisi seperti itu, tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Jokowi. Meskipun segala cara dilakukan pesaingnya dalam Pilpres 2014 termasuk dengan cara-cara  jahat seperti menyebarkan fitnah tiada henti, takdir Jokowi menjadi presiden sudah tidak tergoyahkan lagi. Sekarang tugas kita selaku rakyat mengawasi dan mengingatkan Presiden Jokowi agar konsisten (istiqamah) dalam memajukan negara dan memakmurkan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun