Mohon tunggu...
M Jhony Fonsen
M Jhony Fonsen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Pariwisata yang memiliki ketertarikan dala bidang pariwisata dan seni budaya

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan Misi Terbuka di Balik Misteri Tanda Tanya

28 Juni 2023   20:04 Diperbarui: 28 Juni 2023   20:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menjadi tanda tanya besar di balik misteri Situs Gunung Padang yang konon melebihi Piramida Spinx. Sebagai salah satu cagar budaya di Cianjur, Situs Gunung Padang terus menjadi perdebatan publik antara fakta dan mitos yang berkembang di masyarakat.  Situs Gunung Padang sering juga dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat dan wisatawan untuk doa-doa baik pelengkap nafsu, sebagai penyokong atas doa pada Tuhannya. Memang tidak ada batasan untuk itu, berbagai latar belakang kepercayaan diizinkan melakukan tahapan ritual dengan bunga-bunga, juga kemenyan yang dibakar. Aroma itu terus menusuk hidung yang dapat dijumpai pada titik pintu masuk teras satu hingga teras lima.

Berawal dari latar belakang sejarah dan potensi, situs ini kemudian terus dikembangkan menjadi daya tarik wisata utama yang dikelola pemerintah dan masyarakat setempat hingga berhasil menduduki jajaran kompetitor di ADWI 2023. Menariknya, sebagai salah satu desa wisata yang masih terlalu dini itu, Situs Gunung Padang berhasil meraih penghargaan atas kategori toilet di ADWI 2023. Saya sebentar terdiam dengan kagum dan lontaran pujian.

Pada awal bulan ini, tepatnya tanggal 9--12 Juni 2023, perjalanan saya bersama tim Desa Wisata Institute sebagai misi penyokong suksesnya pengembangan desa wisata di kawasan Situs Gunung Padang dimulai. Titik kumpul seluruh tim ditetapkan berlokasi di Stasiun Tugu, salah satu stasiun Yogyakarta yang berlokasi tidak jauh dari pusat kota. Perlahan satu persatu berdatangan, termasuk saya yang sangat antusias dan buru-buru itu.

Tidak langsung menuju gerbong-gerbong kereta, kami pun berunding sejenak mempersiapkan beberapa perlengkapan yang akan dibawa ke lokasi. Suara klakson kereta dan gesekan roda pada rel menandakan kereta siap berangkat. Kami bergegas menuju lorong kereta dengan dua tangan menjinjing tas yang tidak ringan itu. Sampailah kami pada titik nomor kursi duduk kereta. Kereta berjalan, punggung bersandar pada kursi eksekutif biru muda dan abu itu. Tidak lama, perut berrbunyi menandakan lapar membersamai. Kami menuju pantry menikmati nasi dingin dalam kotak yang dibawa dari Yogyakarta. Lauk gudeg Jogja itu tidak sampai habis karena lidahku terlatih memakan makanan khas Jawa Timur yang identik dengan pedas dan asin. Sembari menikmati view alam yang menakjubkan itu, saya berbincang sedikit tentang masa indah perkuliahan bersama Mas Hannif selaku dosen dalam tim ini.

Tidak terasa sudah sampai di Stasiun Kiara Condong, Bandung. Dilanjut menuju Cianjur kota menggunakan travel yang sudah di pesan jauh hari itu. Tetapi, tidak ada kejelasan malam itu perihal  menginap di hotel mana. Kemudian, kami berusaha menghubungi beberapa penginapan karena jarang ditemukan hotel bagus dengan kualitas sepadan di kota itu. Pada akhirnya kami memukan satu penginapan yang sesuai dengan standar pencarian kami. Kemudian, kami bergegas menuju kamar masing-masing dengan tetap mebawa tentengan di dua tangan kanan dan kiri. Akhirnya, sejenak tubuh yang sudah capek itu bisa direbahkan pada dipan kasur yang empuk itu. Sembari mengumpulkan niat yang sudah letih, pecah sudah keinginan untuk menyiram air hangat di suhu daerah yang cenderung dingin. Setelahnya, kami memosisikan diri untuk memejamkan mata hingga pagi.

Perjalanan pun dimulai dengan travel yang sama tidak dekat menuju di lokasi membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Jalur yang likak-likuk mebuat kepala pening dan perut mual. Sedikit lebih dekat, kami disambut dengan indahnya alam perbukitan dengan kabut tipis. Tibalah kami di Situs Gunung Padang yang langsung disambut dengan Pasar Jumat (padat dan ramai). Diturunkanlah kami di ujung pasar untuk berjalan kaki tetap dengan dua tentengan besar. Kami disambut dengan senyum ramah Pak Zainal dan istri ditemani kopi hitam untuk di seruput sembari menunggu adzan Jumat tiba.

Setelahnya kami menunaikan kewajiban sholat jumat, diajaklah kami menuju homestay ungu Bu Erna yang lokasinya berada di bawah lereng Situs Gunung yang sangat nyaman itu. Kami disambut dengan hidangan makan khas Sunda lengkap dengan nasi liwet dan sambel leuncanya. Setelah kenyang, diajaklah kami menuju lokasi pembuatan gula aren yang menjadi produk UMKM unggulan di sana (sangat antusias). Kami melihat bagaimana proses pembuatan gula aren dari getah aren hingga pemasakan dan siap jual. Tidak lupa kami membelinya untuk dibawa balik ke Jogja.

Selanjutnya, kami menuju ke pembuatan sale pisang manis. Sama halnya dengan di tempat sebelumnya, kami dikasih tunjuk proses pemanggangan pisang dan siap jual itu. Dua metode pemanggangan dilakukan, mulai dari yang langsung terpapar sinar matahari dan di panggang di atas bara api.

Tidak pernah bosan, menuju ke lokasi selnajutnya yaitu tempat penangkaran lebah madu untuk tahu proses pembuatan madu yang manis itu. Bersama dengan canda tawa, kami merasakan pengalaman menikmati madu dari sangkarnya secara langsung. Sedikit masam, dan manis beradu jadi satu.

Menuju senja, akhirnya sampailah kami pada tujuan utama, yaitu eksplorasi Situs Gunung Padang. Butuh perjuangan hingga menuju ke Teras Lima. Mba Nadia dan Mas Andi yang sedikit tenaga itu seringkali terhenti langkahnya untuk sejenak duduk dan menghela napas panjang. Saya dan Mas Hannif meninggalkannya jauh di belakang. Tibalah kami di teras satu, disambut dengan bau kemenyan dan bau dupa. Ada juga wisatawan dan warga lokal yang bertapa. Tetap dengan Pak Zainal yang senantiasa terus mendampingi kami, sering juga melontarkan candaan Sunda yang bikin pecah. Layaknya pendaki asli, kami menuju hingga puncak teras lima sembari didampingi dengan cerita-cerita sejarah di balik Situs Gunung Padang, termasuk adanya batu gamelan, batu kujang, dan batu yang seperti ada tanda pijakan macan. Berfoto ria di atas sana dengan menikmati indahnya view pegunungan sekitar di puncak. Semakin gelap, segeralah kami turun. Tibalah kembali kami di homestay ungu (Bu Erna) untuk beristirahat dan menikmati kembali makanan khas Sunda. Beristirahatlah kami yang dibarengi dengan turunnya air hujan. Semakin nikmat dengan canda tawa kami yang dilanjutkan beristirahat tidur.

Keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan dengan proses FGD bersama seluruh pemangku kepentingan. Berdiskusi panjang dengan ditetapkan solusi atas permasalahan. Kampi pun menerima segala aspirasi masyarakat. Setelahnya kami kembali pulang menuju Bandung untuk stay di sana. Dan keesokan harinya, kembalilah kami menuju Yogyakarta dengan mengantongi seluruh informasi dan solusi yang kita dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun