Di tengah wabah Covid 19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, kita menyaksikan lewat media tentang peristiwa terbunuhnya seorang pria kulit hitam bernama George Floyd.
Peristiwa itu terjadi di Amerika Serikat, negara kampiun demokrasi dan hak asasi manusia. Kematian George Floyd memicu unjuk rasa dari banyak negara bagian di Amerika Serikat, bahkan hingga ke Belanda, Inggris, Australia dan Jerman.
Kita dapat menyaksikan banyak kota-kota di Eropa seperti Berlin dan London yang masyarakatnya turun ke jalan untuk berdemonstrasi menuntut keadilan.
Demonstrasi ini telah menyentuh rasa kemanusiaan karena dilakukan secara bersama-sama mulai dari warga kulit hitam, putih dan juga yang berkulit kuning (Asia). Gerakan sosial ini seakan ingin mengatakan bahwa warna kulit bukanlah untuk didiskriminasi, mereka berjuang untuk kesetaraan dan keadilan.
Kasus ini menusuk jantung kemanusiaan dengan pertanyaan "Apa makna manusia bagi manusia lain?" , " Bolehkah penguasa memperlakukan manusia secara tidak adil hanya karena perbedaaan warna kulit ?", "Sudah sejauhmana manusia di bumi berjuang untuk kemanusiaan?"
Manusia lahir tanpa bisa meminta warna kulit baik itu hitam, putih maupun kuning. Meskipun begitu, manusia dilahirkan dengan hak yang sama. Itu sudah menjadi given atau pemberian Tuhan.
Sebagai wujud penghormatan terhadap hak asasi yang dimiliki setiap orang, siapapun tidak boleh membenci orang lain karena sesuatu yang tak pernah bisa ia minta.
Seseorang tidak boleh membenci seseorang karena warna kulit, etnis, agama, jenis rambut atau ras yang dimilikinya. Bukankah Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan menghormati satu sama lain?
Bila manusia memandang setara manusia lain, maka akan terbangun rasa simpati dan empati. Tidak ada yang memandang rendah manusia lain, mereka akan saling menghormati dan saling membantu. Itulah makna kemanusiaan yang sejati.
Makna kemanusiaan, merujuk kepada sifat-sifat manusia yang sebaiknya dilakukan sebagai seorang manusia. Itulah mengapa muncul ungkapan "memanusiakan manusia", karena tidak semua manusia berperilaku baik sebagai manusia.
Persoalan timbul karena banyaknya manusia yang berbuat tidak adil. Di rumah, masih ada seorang ayah mendiskriminasi anak-anaknya. Di masyarakat, masih ada pemimpin yang tidak bisa bersikap adil kepada warganya.