Mohon tunggu...
Mizdad Hudani
Mizdad Hudani Mohon Tunggu... Teknisi - Pekerja Swasta

Mengalir saja

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kisah Panjang Covid-19 dan Kepemimpinan Adaptif Wahyudi Anggoro Hadi

7 November 2024   19:10 Diperbarui: 7 November 2024   19:10 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyudi Anggoro Hadi Menemani Warganya yang Positif Covid-19 (Source: FB Wahyudi Anggoro Hadi)

Selama masa Covid-19, Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Desa Panggungharjo, meracik berbagai strategi menghadapi situasi pandemi. Kisah perlawanannya menghadapi Covid-19, menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin adaptif yang mampu menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang kompleks.

Cepat Tanggap Panggung Tanggap Covid-19

Beberapa hari pasca pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Pemerintah Desa Panggungharjo bersama beberapa pihak segera melakukan rapat koordinasi pembentukan Gugus Tugas Panggung Tanggap Covid-19 (PTC-19). Langkah cepat ini dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi yang asing dan tidak pernah terbayangkan. Guna menghindari langkah cepat  berjalan secara serampangan, Wahyudi sebagai koordinator PTC-19 membuat sebuah logical framework sebagai acuan kerja sehingga tim lebih taktis dan terarah.

Logical Framework Panggung Tanggap Covid 19 (Source: FB Wahyudi Anggoro Hadi)
Logical Framework Panggung Tanggap Covid 19 (Source: FB Wahyudi Anggoro Hadi)

Dalam logical framework tersebut kerangka kerja PTC-19 dibagi menjadi 2, yaitu Dukung dan Lapor. Di ranah Dukung, PTC-19 bermaksud menggerakkan daya dukung warga yang ada, baik bersifat relawan maupun donasi. Sementara di ranah Lapor, PTC-19 menangani setiap laporan warga dan melakukan mitigasi atas kebencanaan Covid-19.

Mitigasi yang dilakukan PTC-19 dibagi menjadi 3 bagian, yaitu mitigasi dampak klinis, mitigasi dampak sosial, dan mitigasi dampak ekonomi. Mitigasi dampak klinis dilakukan melalui aplikasi web yang bisa digunakan untuk memantau kondisi klinis warga desa. Dari aplikasi tersebut data warga dibagi menjadi 5 kelompok, sehat, sehat dengan resiko, pelaku perjalanan, orang tanpa gejala, dan orang dengan riwayat kontak.

Tindak lanjut atas pengelompokan data tersebut, perawat desa dari lembaga desa, Bapel JPS, bersama dengan surveilans Puskesmas melakukan asistensi dan monitoring secara langsung. Visit yang dilakukan oleh tim ini bertujuan untuk memberikan obat sekaligus memberi dukungan secara moral dan psikologis.

Di ranah sosial, terdapat berbagai reaksi warga terhadap pandemi, dari yang paranoid dan takut hingga yang tidak percaya dan menyepelekan. Reaksi ini diperparah dengan tersebarnya berbagai macam hoax di media sosial. Langkah pertama mitigasi sosial yang dilakukan adalah melakukan dekontaminasi ruang publik. Hal ini sekaligus menjadi alarm bagi warga, bahwa covid benar-benar ada dan warga perlu bersiap.

Selain itu juga dibuat grup Whatsapp setiap pedukuhan untuk mengefektifkan komunikasi antara warga dan Pemerintah Desa. Di setiap grup ini, Wahyudi selaku admin akan mengunci grup untuk sementara waktu sehingga hanya admin yang dapat berkirim pesan. Langkah ini dilakukan setiap ada warga yang memberikan informasi tidak jelas sumbernya. Di kesempatan ini, Wahyudi akan memberi sedikit ceramah untuk tidak membagikan informasi apapun yang tidak ada kaitannya dengan Panggungharjo.

Dua-tiga kali cara tersebut dilakukan, akhirnya warga lama-kelamaan terdidik. Maka sekali ada lagi warga membagikan informasi hoax, warga lain akan segera mengingatkan. Cara ini kemudian cukup efektif menangkal hoax terkait Covid-19 di lingkungan Desa Panggungharjo.

Selain cerita di atas, ada peran Wahyudi mengatasi stigma negatif terhadap orang yang terkena Covid-19. Menggunakan mobil avanza milik pribadi, Wahyudi menjemput warga yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Dengan langkah ini, ia berharap warga yang sembuh dari Covid tidak dijauhi dan dikucilkan. Upaya menghilangkan stigma negatif ini juga didukung oleh beberapa warga lainnya, secara sukarela mereka menyambut tetangganya yang sembuh dengan bershalawat sambil tetap menjaga jarak dan memakai masker.

Mitigasi ketiga, yaitu mitigasi ekonomi, dilakukan dengan mendata kondisi ekonomi sekitar 9000 lebih keluarga. Data tersembut dihimpun menggunakan google form, data tersebut dipetakan dengan skala pembobotan. Hasil pemetaan tersebut di bagi menjadi 4 kelompok, yaitu sangat rentan, rentan, cukup rentan, dan tidak rentan. Berdasarkan pemetaan tersebut Pemerintah Desa Panggungharjo membagikan sekitar 4.000 paket bantuan.

Tabel Skala Pengelompokkan Ekonomi Warga Panggungharjo (Source: Modul Panggung Tanggap Covid-19)
Tabel Skala Pengelompokkan Ekonomi Warga Panggungharjo (Source: Modul Panggung Tanggap Covid-19)

Hasil pengolahan data di atas tidak hanya menghasilkan tentang siapa saja yang berhak mendapat bantuan. Tetapi juga menunjukkan seberapa kuat kemampuan ekonomi warga desa selama pandemi. Salah satu kesimpulan yang didapatkan, masih adanya sebagian warga yang memiliki ketahanan ekonomi.

 Fakta dari data ini kemudian disandingkan dengan data adanya stok dagangan warga yang tertahan. Sambungan dua titik fakta ini kemudian memunculkan ide membuat platform ecommerce.

Platform tersebut dinamai pasardesa.id, sebuah platform belanja online denan tagline "berbagi belanja". Ecommerce ini dikembangkan dengan menggandeng warga sebagai mitra yang bisa menjual barang dagangannya. Sehingga stok tertahan warga, bertemu dengan warga desa lain yang masih memiliki ketahanan ekonomi.

Lockdown Bukan Sekedar Menutup Akses

Pada awalnya lockdown tidak pernah menjadi pilihan Panggungharjo dalam melawan Covid-19. Ada serangkaian konsekuensi logis ketika pilihan lockdown ini diberlakukan. Termasuk harus siapnya Pemerintah Desa menanggung seluruh penghidupan warga yang dikarantina.

Namun pada April 2020, ketika terdapat warga yang dinyatakan positif Covid-19, dan tidak diketahui jelas pernah kontak dengan siapa saja. Pemerintah Desa bersama ketua RT dan tokoh masyarakat memutuskan melakukan lockdown local di 2 RT selama 14 hari. Hal ini menjadi pilihan karena tidak memungkinkan menulusuri satu per satu warga yang pernah berkontak dengan pasien Covid-19 tersebut.

Lockdown yang dilakukan Panggungharjo ini tidak sekedar menutup akses dan membetangkan coretan-coretan lockdown. Warga benar-benar dikarantina selama 14 hari dan semua kebutuhannya dipenuhi oleh Pemerintah Desa. Total terdapat 220 paket sembako yang diberikan kepada warga yang terdampak lockdown selama periode karantina.

Bantuan Langung Tunai yang Tak Tunai

Untuk menanggulangi dampak ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19, Pemerintah pusat membuat kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Salah satu program dalam kebijakan tersebut adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD).

Dampak positif adanya kebijakan PEN, ternyata tidak tegak lurus dengan pelaksanaan di lapangan. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat berbagai macam kecurangan atas program-program PEN. Dari laporan penayalahgunaan bantuan sosial yang dihimpun ICW di tahun 2020, 18,89% diantaranya terkait BLT-DD.

Meskipun terdapat catatan buruk, Panggungharjo memiliki ceritanya sendiri. BLT DD di Panggungharjo tidak diberikan tunai. Selain untuk menutup celah korupsi, kebijakan ini dipilih Wahyudi untuk memperluas kebermanfaatan BLT DD.

Konsep dasarnya adalah menahan perputaran uang di tingkat desa selama mungkin. Sehingga BLT yang memangkas lebih dari 30% dari total Dana Desa, tidak hanya dinikmati segelintir orang. Untuk itu, BLT DD di Panggungharjo diberikan berupa "saldo" belanja di pasardesa.id.

Maka setiap pesanan warga yang memperoleh BLT DD akan dibelanjakan tim pasardesa.id ke warung lokal di Panggungharjo. Dengan konsep ini, uang BLT DD tidak akan dibelanjakan di ritel modern maupun untuk kebutuhan non primer.

Cerita tentang Varian Delta

Saat varian Delta merebak dengan penularan cepat, metode lockdown seperti yang sebelumnya dilakukan Panggungharjo sudah tidak efektif karena sudah terjadinya transmisi lokal. Langkah yang dilakukan oleh Wahyudi menghadapi varian ini adalah dengan membuka shelter karantina. Shelter ini diperuntukan untuk warga yang positif Covid-19 tetapi tidak memungkinkan karantina di rumah. Panggungharjo yang padat penduduknya mengharuskan langkah ini agar penularan lebih terkontrol.

Warga yang melakukan isolasi di shelter, kebutuhan sehari-harinya dicukupi oleh Pemerintah Desa. Selain itu terdapat pengencekan dan memonitoring kondisi kesehatan. Serta terdapat aktivitas bersama seperti olahraga hingga menonton film.

Di masa ini, Wahyudi hadir sebagai pemimpin yang langsung terjun ke lapangan. Hari-harinya dilewati dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD), menenteng tabung oksigen, dan sejumlah peralatan untuk mengecek kondisi Kesehatan warga.

Tak jarang dia menunggui warganya yang sedang berjuang melawan Covid sampai warga tersebut tertidur pulas. Baginya, perhatian terhadap kesehatan mental dan psikologis warga yang terinfeksi Covid-19 sama pentingnya dengan dukungan medis.

Kehadirannya di lapangan bukan sekadar formalitas, Wahyudi menyadari bahwa dengan berada di sisi warga, ia memberikan mereka harapan dan kekuatan untuk tetap bertahan. Sosoknya, sebagai representasi negara turut menyampaikan pesan bahwa mereka tidak berjuang sendirian. 

Kehangatan empati yang ia tunjukkan menjadi sumber semangat yang menular, mengubah ketakutan menjadi tekad untuk pulih bersama.

Wahyudi Anggoro Hadi Saat Melakukan Visit Warga (Source: FB Wahyudi Anggoro Hadi)
Wahyudi Anggoro Hadi Saat Melakukan Visit Warga (Source: FB Wahyudi Anggoro Hadi)

Kisah kepemimpinan Wahyudi Anggoro Hadi selama pandemi Covid-19 di Desa Panggungharjo menjadi teladan tentang bagaimana seorang pemimpin mampu beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi krisis yang kompleks dan penuh ketidakpastian. 

Dengan kepekaan sosial, ketegasan, dan kemampuan mendengarkan warganya, Wahyudi menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar soal kebijakan, tetapi juga kedekatan dengan masyarakat.

Ia berhasil menciptakan langkah-langkah yang tak hanya efektif mengatasi masalah pandemi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi desa dan warganya. Wahyudi Anggoro Hadi membuktikan bahwa dengan empati dan strategi yang tepat, seorang pemimpin dapat mengubah situasi sulit menjadi momentum untuk membangun ketangguhan komunitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun